REPRODUKSI SEKSUAL DAN FERTILISASI
Reproduksi adalah cara dasar mampertahankan diri
yang dilakukan semua bentuk kehidupan, setip individu organism adalah suatu
hasil dari proses reproduksi dari pendahulunya. Cara reproduksi secara umum
dibagi menjadi 2 jenis: seksual & aseksual,
dan yang akan kami bahas adalah reproduksi seksual.
Adalah cara mempertahankan diri yang dilakukan oleh
dua individu dari dua jenis kelamin yang berbeda. Pada reproduksi seksual
terjdi persatuan dua macam gamet dari dua individu yang berbeda jenis
kelaminya, sehingga terjadi pencampuran materi genetic yang memungkinkan
terbentuknya individu baru dengan sifat baru. Pada organisme tingkat tinggi mempunyai
dua macam gamet jantan (spermatozoa) dan betina (sel telur) kedu macamm gamet
tersebut dapat dibedakan baik dari bentuk,
ukuran dan kelakuanya kendisi
gamet yang demikian disebut heterogamete. Dan peleburaan gamet tersebut disebut
singami, yang sebelumnya didahului proses fertilisasi (pembuahan) yaitu
pertemuan sperma dan sel telur.
Majoritas sperma keluar dari vagina
setelah pengenceran cairan semen dan hanya sebagian kecil yang mampu menembus
servik dalam hitungan menit . Sperma tak dapat melewati kanalis servikalis bila
mukosa servik dalam keadaan tidak siap. Kesiapan servik biasanya terjadi pada
pertengahan siklus ketika kadar estrogen mencapai puncaknya dan kadar
progesteron paling rendah. Pada kondisi optimal, sperma memerlukan waktu 2 – 7
jam untuk bergerak melalui uterus menuju lokasi fertilisasi dalam saluran tuba
falopi. Spermatozoa dapat bertahan 24 – 48 jam dalam saluran reproduksi wanita.
Sperma yang baru dikeluarkan saat ejakulasi belum mampu membuahi sel telur. Mereka
harus mengalami kapasitasi. Kapasitasi
dapat pula di induksi secara in vitro dengan kultur yang
sesuai. Selama kapasitasi, selubung glikoprotein yang menempel pada membran sel
spermatozoa dilepaskan dan menyebabkan perubahan pada permukaan membran sperma
dan mengadakan reorganisasi pada membran sperma tersebut. Kapasitasi sperma
memungkinkan terjadinya reaksi
akrosom. Enzym proteolytic yang dilepaskan akrosom memungkinkan
penetrasi zona pellucida oleh sperma yang bergerak seperti cambuk. Penetrasi
zona pelucida memerlukan waktu sekitar 15 menit.
Penetrasi zona pellucida
memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dengan membran oosit. membran
sel germinal segera mengadakan fusi dan sel sperma berhenti bergerak. Inti sel
sperma kemudian masuk kedalam sitoplasma sel telur.
Saat fusi antara sel membran sperma
dengan sel telur sudah terjadi maka terjadi 3 peristiwa penting pada oosit
: :
- Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap polispermia ( spermatozoa lain tak dapat masuk kedalam sel telur ). Hanya satu pronukelus pria yang dapat ber fusi dengan pro nukleus wanita dan menjaga keadaan diploid dari zygote.
- Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga mencegah sperma lain untuk berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder terhadap polispermia.
- Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeularkan dari sel telur sehingga memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid.. Sekali lagi , hal ini akan menjaga agar zygote tetap diploid. Kegagalab untuk menjaga sifat diploid pada hasis konsepsi sering menyebabkan kegagalan proses kehamilan.
Setelah berada dalam sel telur,
sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur dan membran inti
(nukleus) sperma pecah. Membran yang baru terbentuk di sekeliling kromatin
sperma membentuk pronukelus pria. Membran
inti oosit yang baru juga terbentuk di sekeliling pronukleus wanita. Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan
terjadilah pembelahan sel pertama.
Zygote yang sedang membelah
mengapung dalam tuba falopii sekitar 1 minggu, berkembang dari tahap 16 sel melalui tahapan morula yang padat menjadi
tahap blastokis dengan 32 – 64 sel. Tahap blastokis
memiliki rongga berisi cairan. Blastokis memiliki dua jenis sel embrionik yang
telah ber diferensiasi : trofoectoderm di bagian luar
dan inner cell mass di
bagian dalam.
Sel trofoectoderm kelak akan
membentuk plasenta dan
inner cell mass akan membentuk janin dan membrane janin. Pada tahapan
blastokista ini, hasil konsepsi masuk uterus dan mengadakan implantasi. Selama dalam tuba falopii,
hasil konsepsi tetap diselubungi zona pelucida. Setelah 2 hari dalam uterus,
blastokista melepaskan diri dari zona pellucida. Setelah peristiwa pelepasan
tersebut, sel trofoectoderm blastokista mulai ber diferensiasi menjadi sel trofoblas. Proses yang
simultan ini memungkinkan sel trofoblas berhubungan langsung dengan
endometrium. Dalam beberapa jam, endometrium dibawah blastokista akan terkikis
dan lisis sehingga substrat-substrat metabolik primer yang dihasilkan akan
digunakan untuk kehidupan blastokista. Endometrium yang mengalami perubahan
biokimia dan morfologi yang hebat itu disebut sedang mengadakan proses desidualisasi, suatu
proses yang dimulai saat terjadinya implantasi dan menyebar dalam bentuk
gelombang konsentris yang berpusat dari tempat implantasi . Endometrium sekitar
hasil implantasi akan kembali pulih sehingga seluruh hasil implantasi tertanam
dalam endometrium.
Bersamaan dengan invasi embrio ke jaringan ibu, sel trofoblas kemudian ber diferensiasi menjadi 2 jenis sel : sel sitotrofoblas dan sel sinsitiotrofoblas.
Sel sinsitiotrofoblas adalah sel berukuran besar dan multinuklear yang berkembang dari lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif mengeluarkan hormon plasenta dan mentrasfer zat makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotroblas memiliki sifat invasif , melewati stroma endometrium untuk mencapai pembuluh darah ibu, termasuk arteri spiralis endometrium
Bersamaan dengan invasi embrio ke jaringan ibu, sel trofoblas kemudian ber diferensiasi menjadi 2 jenis sel : sel sitotrofoblas dan sel sinsitiotrofoblas.
Sel sinsitiotrofoblas adalah sel berukuran besar dan multinuklear yang berkembang dari lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif mengeluarkan hormon plasenta dan mentrasfer zat makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotroblas memiliki sifat invasif , melewati stroma endometrium untuk mencapai pembuluh darah ibu, termasuk arteri spiralis endometrium
Faktor-faktor yang diperlukan agar proses implantasi
berlangsung dengan baik:
- Leukemia inhibiting factor , suatu sitokin
- Integrin , interaksi antar sel
- Transforming growth factor beta , stimulasi pembentukan sinsitium dan menghambat invasi trofoblas
Implantasi terjadi sekitar 7 – 10
hari setelah ovulasi. Jika hasil konsepsi bertahan hidup lebih dari 14 hari
setelah ovulasi, corpus luteum ovarium akan terus menghasilkan progesterone. HCG
yang dihasilkan oleh trofoblas yang berkembang dan di sekresi ke dalam aliran
darah ibu bekerja menyerupai hormon luteinisasi, yaitu menunjang corpus luteum
dengan menghambat proses regresi luteal.
0 komentar:
Posting Komentar