Kamis, 26 Maret 2015

Makalah tentang Embriogenesis

Standard

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelahan?
2. Apa saja bidang pembelahan?
3. Apa saja pola bidang pembelahan?
4. Apa yang dimaksud dengan blastula?
5. Apa saja macam-macam blastula?
6. Apa saja blastula pada berbagai macam hewan



1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pembelahan.
2. Untuk mengetahui macam-macam bidang pembelahan.
3. Untuk mengetahui pola bidang pembelahan.
4. Untuk mengetahui pengertian blastula.
5. Untuk mengetahui macam-macam blastula.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelahan
       Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi terjadi setelah pembuahan, yaitu disaat masuknya sperma kedalam telur.Zigot membelah berulang kali, pembelahan mitosis yang berlangsung secara berulang-ulang ini disebut cleavage. Proses pembelahan ini diaktifasi oleh enzim “mitosis promoting factor” (MPF).
       Fusi pronuklei jantan dan pronuklei betina pada saat fertilisasi menghasilkan inti diploid pada zygot.Selanjutnya zygot membelah menjadi 2, 4, 6, 8 sel dan seterusnya.Pembelahan-pembelahan tersebut menyebabkan zygot yang pada mulanya uniseluler berubah menjadi multiseluler. Sel-sel hasil pembelahan zygot dinamakan blastomer, sedangkan serangkaian pembelahan yang berlangsung hingga embrio memiliki suatu rongga yang dikelilingi oleh blastomer disebut cleavage. Menurut Balinsky, pembelahan memiliki beberapa ciri yaitu :
1. Zygot ditransformasi melalui serangkaian pembelahan mitosis darikeadaan uniselluler ke multiselluler
2. Ukuran embrio relatif tidak bertambah
3. Bentuk umum embrio tidak berubah kecuali terbentuknya rongga blastocoel
4. Transformasi dari bagian subtansi sitoplasma menjadi subtansi inti.Perubahan-perubahan kualitatif komposisi telur terbatas
5. Bagian-bagian utama sitoplasma telur tidak digantikan dan tetap pada posisi yang sama seperti telur pada awal pembelahan
6. Rasio sitoplasma inti pada awal pembelahan sangat rendah, dan padaakhirnya hampir sama dengan rasio sel somatik.
Pembelahan zygot berbeda dengan pembelahan mitosis biasa yang berlangsung pada stadium lanjut perkembangan dan pada organisme dewasa. Pada stadium lanjut perkembangan, sebelum sel membelah mereka mengalami perubahan ukuran kira-kira sama dengan ukuran sel sebelum membelah. Jadi pada stadium lanjut perkembangan atau pada organisme dewasa ukuran sel rata-rata dipelihara pada setiap jaringan.Selama pembelahan zygot, urutan pembelahan blastomer tidak dipisahkan oleh pertumbuhan, dalam hal ini ukuran blastomer-blastomer tidak meningkat hingga pembelahan berikutnya dimulai.Akibatnya setiap pembelahan menghasilkan blastomer-blastomer denganukuran setengahdariblastomer asal.Jadipembelahan zygot dimulai dari suatu sel yang ukurannya amat besar, dan berakhir dengan sejumlah sel dengan ukuran yang kecil.Dengan demikian berbeda dengansel-sel yang telah berdifferensiasi pada organisme dewasa, sebab differensiasi selluler biasanya diiringi dengan peningkatan ukuran sel (Balinsky, 1966). Pada bintang laut pembelahan berlangsung cepat dan sebelum satu siklus pembelahan selesai, pembelahan berikutnya sudah dimulai (Carlson, 1988)

Gambar 1. Perbandingan siklus sel pada sel dewasa dan awal pembelahan (Carlson, 1988)
2.1.1 Bidang Pembelahan
Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ini disebut bidang pembelahan, ada 4 macam bidang pembelahan:
1. Ekuator
2. Latitudinal
3. Meridian
4. Vertical

2.1.2 Perubahan-Perubahan Kimia Selama Pembelahan
Perubahan-perubahan yang jelas terlihat selama pembelahan adalah adanya peningkatan yang cukup stabil bahan inti di dalam sitoplasma.Setiap adanya pembelahan baru, jumlah bahan inti selalu digandakan.Penggandaan ini selalu dihubungkan dengan adanya peningkatan subtansi inti yang melibatkan peningkatan jumlah DNA setiap inti. Sejumlah besar DNA disintesis untuk melengkapi susunan kromosom pada masing-masing blastomer.Selama awal pembelahan, sintesis sejumlah DNA tidak diperlukan (Sudarwati dan Nio, 1990).
Protein-protein sangat diperlukan di dalam proses pembelahan.Sebagian besar protein ini telah disimpan di dalam oosit dan tidak perlu disintesis kembali, akan tetapi proteinlainnyadisintesis selamaperiodepembelahan. Protein-protein baruyang dihasilkan secara langsungterlibat di dalamproses perbanyakansel. Protein tersebut adalah:
1. Protein histon inti yang diperlukan untuk replikasi dalam derajat yang samaseperti penambahan jumlah DNA
2. Tubulin, merupakan protein penyusun mikrotubul. Tubulin disintesis dari mRNA yang telah ada di dalam sel telur. Selama masa pembelahan, terdapat peningkatan sintesis tubulin
3. Enzim ribonukleotida reduktase yang merupakan sumber bahan untuk replikasi DNA kromosom. mRNA untuk enzim ini terdapat pada telur yangbelum difertilisas, dan menjadi aktif setelah fertilisasi.
4. DNA polimerase terdapat dalam jumlah yang diperlukan di dalam sel telur.Selama awal pembelahan, jumlah enzim ini tidak meningkat.
Protein yang paling penting untuk proses pembelahan kemungkinan adalah yang berhubungan dengan proses replikasi kromosom yaitu nukleohiston dan ribonukleotida reduktase yang dibutuhkan untuk replikasi DNA inti (Sudarwati dan Tjan Kiaw Nio,1990). Pada gambar 1 ditunjukkan perubahan-perubahan sintesis berbagai asam nukleat selama oogenesis, fertilisasi, dan selama awal perkembangan embrio katak (Balinsky, 1966)

Gambar 2.Perubahan-perubahan sintesis asam nukleat pada oogenesis, fertilisasi, dan selama awal perkembangan embrio katak (Balinsky, 1966).

2.1.3 Distribusi Yolk dan pengaruhnya Terhadap Pembelahan.
Secara morfologis, cleavage atau pembelahan berbeda pada sejumlah kelompok-kelompok hewan. Beberapa faktor yang penting yang berpengaruh terhadap pembelahan adalah:
1. Faktor-faktor di dalam sitoplasma telur yang mempengaruhi sudut spindelmitosis dan waktu pembelahannya.
2. Distribusi protein yolk yang terdapat di dalam sitoplasma (Gilbert, 1985). Berdasarkan kandungan yolk dan tipe pembelahannya, telur dapat dikelompokkan menjadi:
1. Isolechital atau oligolechital adalah telur dengan kandungan yolk sedikit dan menyebar. Tipe pembelahannya adalah holoblastik, artinya blastomer-blastomer hasil pembelahan terpisah secara sempurna. Pola pembelahannya terdiri atas:
a. radial, blastula berbentuk bundar, rongga besar dan terdapat ditengah. Dijumpai pada echinodermata dan amphioxus.
b. bilateral, blastula berbentuk bundar, rongga besar dan terdapat ditengah. Dijumpai pada ascidian
c. Spiral, blastula berbentuk bundar, rongga besar dan terdapat ditengah. Dijumpai pada molusca.
d. Rotasional, blastula berbentuk bundar, rongga besar, dan terdapatditengah. Dijumpai pada mamalia.
2. Mesolechital adalah telur dengan kandungan yolk yang sedang, dan biasanya terkonsentrasi pada kutub vegetatif. Tipe pembelahannya adalah holoblastik, pola pembelahan adalah radial, blastula bulat, rongga blastula kecil dan lebih terkonsentrasi ke kutub anima. Dijumpai pada amphibia, dan ikan paru-paru
3. Telolechital adalah telur yang memiliki kandungan yolk yang banyak. Tipe pembelahannya adalah meroblastik, yaitu blastomer-blastomer hasil pembelahan tidak terpisah secara sempurna. Blastula berbentuk cakram, rongga blastula terbentuk diantara epiblas dan hipoblas. Dijumpai pada ikan,reptil danburung.
4. Centrolechital adalah telur dengan kandungan yolk terpusat pada bagian tengah telur. Tipe pembelahannya adalah meroblastik, pola pembelahannya adalah superfisial, blastula berbentuk bundar hingga selindris, rongga blastula tidak ada. Dijumpai pada serangga dan arthropoda lainnya. Selama berlangsungnya pembelahan zygot, bidang-bidang yang ditempuh selama mitosis secara umum adalah bidang meridian, bidang vertikal, bidang ekuator dan bidang latitudinal
2.1.4 Macam-macam Pembelahan
Pembelahan Holoblastik (merata) yang dibagi atas:
a. Holoblastik equal (sempurna) dimana sel membelah menjadi 2 sama besar dan berakhir menjadi blastomere yang terdiri dari 32 sel, contoh: bintang laut, katak (anura). Tahap pembelahan: pertama, pembelahan lewat bidang meridian, kemudian dilnjut bidang meridian juga tapi tegak lurus pada bidang pembelahan pertama, terbentuk 4 sel sama besar. Ketiga, lewat bidang latitudal dan terbentuklah 8 sel, 4 sel bagian atas mikromer dan 4 sel bagian bawah makromer. Keempat, lewat bidang meridian dan terbentuk 16 sel. Kelima, lewat bidang latitudal (atas dan bawah), serentak dan terbentuk 32 sel. Keenam, lewat bidang meridian sehingga terbentuk 64 sel. Pembelahan tujuh dan delapan sukarr diikuti. Diakhir pembelahan kedelapan gumpalan sel membesar dan terdiri dari 70 sel, berbentuk seperti buah pir, disebut morula yang bagian dalamnya tak berongga.
b. Holoblastik unequal (tidak sempurna) yang terjadi secara cepat pada kutub animal dan secara lambat pada kutub vegetal (membentuk makromer dan mikromer), contoh: mamalia (kelinci, babi, kera, manusia). Tahap pembelahan: pertama, lewat bidang latitudinal yang membagi sel menjadi 2 bagian (atas/kutub animal lebih kecil). Kedua, lewat bidang meridian namun hanya terjadi pada mikromer (kutub vegetal), terbentuklah tingkat 3 sel. Kemudian dilanjut terbentuk tingkat 4 sel, lalu tingkat 5 sel sampai tingkat 8 sel. Pembelahan berikutnya sukar diikuti dan tidak serentak. Akhirnya terbentuk blastomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan tak berongga(masif) yang disebut morula.
2.1.5 Pola-Pola Pembelahan
Berdasarkan simetri dan tipe pembelahannya, pembelahan pada zygot dapat dikelompokkan menjadi :
1.Pembelahan radial holoblastik
Pembelahan radial holoblastik adalah pembelahan dimana blastomer-blastomer yang terdapat pada bagian kutub anima telur terletak tepat di atas blastomer yang adapada bagian vegetatif, sehingga pola blastomer adalah radial simetris (gambar 6. 2), misalnya pembelahan pada echinodermata dan amphioxus
a. Pembelahan pada Echinodermata
Pada Synapta digitata, setelah fusi pronuklei jantan dan betina, sumbu spindelmitosis yang pertama dibentuk terletak tegak lurus kutub anima vegetatif. Pembelahan pertama melalui kutub anima vegetatif, menghasilkan dua anak sel yang mempunyaiukuran yang sama, pembelahan ini disebut pembelahan meridional, sebab melalui dua kutub menyerupai meridian pada suatu globe. Spindel mitosis pada pembelahan kedua tegak lurus pembelahan pertama menghasilkan empat blastomer yang terletak berdampingan. Pembelahan ketiga adalah ekuatorial, dimana spindel mitosis padasetiap blastomer paralel dengan sumbu anima-vegetatif menghasilkan 8 blastomer. Setiap blastomer pada setengah anima embrio terletak di atas blastomer yang adapada bagian vegetatif. Pembelahan ke empat kembali meridional menghasilkan 16blastomer, dan selanjutnya menghasilkan 64, 128 dan 256 blastomer dan padaakhirnya membentuk blastula.

Gambar 3. Pembelahan radial holoblastik pada Synapta digitata danpembentukan balastula (Carlson,1988)

Blastula pada Synapta digitata berbentuk bulat, pada bagian tengah embrioterdapat suatu rongga yang disebut rongga blastula atau blastocoel.Dinding blastula hanya terdiri atas selapis sel-sel blastomer.
Pada Asterias atau bintang laut, pembelahan telur sama dengan pembelahan pada Synapta digitata, akan tetapi pada asterias, pembelahan keempat, 4 sel pada kutub anima membelah meridional menghasilakan 8 sel-sel blastomer. Setiap blastomer mempunyai ukuran yang sama. Blastomer-blastomer tersebut disebut mesomer.Sel-sel pada bagian vegetatif membelah secara ekuatorial menghasilkan 4 blastomer yang besar yang disebut makromer, dan 4 sel-sel blastomer yang kecil yang disebut mikromer pada kutub vegetatif.Pada pembelahan kelima, sel-sel mesomer membelah secara ekuatorial menghasilkan 16 sel. Makromer membelah secara meridional menghasilkan sel di bawahan2.Mikromer juga membelah menghasilkan kelompok sel-sel kecil pada kutub vegetatif.Pembelahan keenam berlangsung secara ekuatorial danpembelahan ketujuh berlangsung secara meridional menghasilkan 128 sel.

Gambar 4. Pembelahan pada Asterias (Carlson, 1988)
b. Pembelahan pada Amphioxux
Seperti halnya pada Synapta digitata, pembelahan pada amphioxus adalah pembelahan yang sangat teratur berupa pembelahan radial holoblastik equal. Pembelahan pertama melalui kutub anima-vegetatif menghasilkan dua blastomer.Pembelahan kedua tegak lurus pembelahan pertama menghasilkan 4 blastomer.Pembelahan ketiga adalah pembelahan ekuatorial, membagi embrio diantara kutub anima-vegetatif menghasilkan 8 blastomer. Pembelahan keempat adalah pembelahan secara meridional simultan menghasilkan 16 blastomer.Pembelahan berikutnya menghasilkan 32 blastomer dan embrio berada pada stadium morula. Pembelahan selanjutnya menyebabkan terbentuknya rongga yang disebut rongga blastula atau blastocoel, dan embrio sekarang berada pada stadium blastula (gambar 4)

Gambar 5.Pembelahan radial holoblastik pada amphioxus. (a) zygot, (b) pembelahanpertama ©pembelahan kedua (d) pembelahan ketiga (e) pembelahankeempat (f) pembelahan kelima (Carlson, 1988).
c. Pembelahan pada Amphibia
Pembelahan pada embrio katak dan salamander merupakan pembelahan radial holoblastik. Telur katak mengandung jumlah yolk yang relatif banyakdan terkonsentrasi pada kutub vegetatif. Pembelahan pertama dimulai pada kutub anima dan secara perlahan bergerak menuju daerah vegetatif dan membagi dua sabit kelabu (gray crencent) .Pembelahan kedua juga dimulai pada kutub anima, tegak lurus pembelahanpertama (gambar 6.)

Gambar 6. Scanning electronmicrograf pembelahan pertama dan kedua pada embriokatak (Gilbert, 1985).
Gambar 7. Pembelahan yangberlangsung pada embrio katak.Pembelahan kedua dimulai sebelumpembelahan pertamaselesai.Pembelahan ketiga adalah horisontal atau ekuatorial lebih ke arah kutub anima.(Gilbert, 1985).

Bidang pembelahan ketiga adalah horisontal, melintas dekat kutub anima, danmembelah blastomer menjadi empat belastomer kecil ke arah hemisphere anima, dan 4blastomerbesarpadakutubvegetative.Pembelahankeempatadalahmeridionalsimultan, dan pembelahan kelima adalah ekuatorial atau horisontal (gambar 6.6)

Pada amphibia embrio yang mengandung sel-sel blastomer antara 16 -64 biasa disebut morula(gambar 6.8).Pada stadium 128 sel, blastocoel mulai tampak, danembrio sekarang disebut blastula

Gambar 8 Scanning electronmicrograf embrio katak stadium 16 sel (Gilbert, 1985)
2. Pembelahan spiral holoblastik
Pembelahan spiral holoblastik dijumpai pada annelida, turbellaria, dan semua jenis molluska kecuali cephalopoda. Pada pembelahan spiral, orientasi spindel mitosisbukan paralel atau tegak lurus dengan sumbu anima-vegetatif telur, tetapi orientasinyaadalah miring sehingga blastomer-blastomer yang dihasilkan tidak terletak tepat di atasatau di bawah blastomer-blastomer yang lain. Akibat bergesernya posisi dari spindelmitosis, menyebabkan sel-sel blastomer bagian atas berada di atas pertemuan duablastomer yang berada di bawahnya.Pada pembelahan spiral dikenal dua tipe yaitu pembelahan dekstral danpembelahan sinistral. Pembelahan disebut dekstral apabila arah putaran spiran searah dengan jarum jam, dan disebut sinistral apabila arah putaran spiran berlawanan dengan arah jarum jam (Gambar 9)

Gambar 9. Pola pembelahan spiral (a) sinistral, dan (b) dekstral (Balinsky, 1969)

Pada molluska jenis Trochus dua pembelahan pertama adalah meridionalmenghasilkan 4 blastomer yang besar yang diberi notasi A, B, C, dan D. Pada setiappembelahan berikutnya, setiap makromer membentuk sel-sel yang kecil yang disebutmikromer pada kutub anima. Tiap kuartet mikromer yang dibentuk dipindahkan secarabergiliran ke kanan atau ke kiri makromer sister, karena ujung atas spindel mitosis padasetiap pembelahan bergeser secara bergiliran searah dan berlawanan dengan jarum jam bila dilihat dari kutub anima. Pada pembelahan ketiga, makromer A menghasilkandua sel anal yaitu makromer 1A dan 1a. Sel-sel B, C, dan D mempunyai prilaku yangsama dengan sel A, menghasilkan kuartet mikromer pertama. Pada beberapa species,mikromer-mikromer bergerak ke kanan makromer. Susunan yang demikian disebutspiral dekstra. Bila mikromer-mikromer bergerak kekiri makromer , maka susunan yangterbentuk adalah spiral sinister. Pada pembelahan keempat makromer 1A membelahmembentuk makromer 2A dan mikromer 2a, dan mikromer 1a membelah membentukmikromer 1a1 dan 1a2. Pada pembelahan selanjutnya, blastomer-blastomer 3A dan 3aberasal dari makromer 2A, dan mikromer-mikromer seperti 1a2 membelah untukmenghasilkan sel-sel 1a21 dan 1a22 (gambar 10).

Gambar 10. Pembelahan spiral holoblastik dilihat dari atas dan dari samping (Gilbert,1985).

Orientasi bidang pembelahan ke kiri atau ke kanan dikontrol oleh faktor- faktor sitoplasma di dalam telur. Pada Limnea paragra umumnya memiliki cangkok yang memutar ke kanan. Rupanya hal tersebut dikontrol oleh sepasang gen non kromosomal di dalam sitoplasma telur. Gen yang mengontrol arah putaran kananadalah gen D, sedangkan alelnya adalah gen d yang mengontrol arah putaran kiri.Namun arah perputaran cangkang tidak ditentukan oleh genotipe induk. Bila Limnea paragra betina dengan genotipe dd sinistral kawin dengan jantan dengan genotipe DD maka semua keturunannya memiliki genotipe Dd dan bersifat sinistral. Bila Limnea paragra dengan genotipe Dd kawin dengan sesamanya, maka semua keturunannyamemiliki cangkang yang bersifat dekstral atau memutar ke kanan. Dalam hal iniindividu dengan cangkang yang memutar ke kiri atau sinistral hanya dapat dihasilkandari induk sinistral dengan genotipe dd

Gambar 11 Pewarisan maternal pada Limnea peregra (Majumdar 1985)

Perbedaan arah putar cangkang pada Limnea paragra berlangsung sejak awal pembelahan zygot. Pada pembelahan kedua, orientasi pembelahan sel-sel mulai berbeda sebagai akibat adanya perbedaan orientasi spindel mitosis. Pada pembelahan berikutnya, embrio yang memutar ke kiri merupakan pencerminan dari embrio yangmemutar ke kanan. Hal ini dapat dilihat pada posisi blastomer 4d yang berbeda pada kedua jenis embrio (gambar 12)

Gambar 12. Orientasi spindel mitosis pada pembelahan kedua dari Limnea paragra (Gilbert, 1985).
3. Pembelahan bilateral holoblastik
Pembelahan bilateral holoblastik dijumpai terutama pada ascidian (tunicata) dannematoda. Pada tipe pembelahan ini, dua dari empat blastomer yang dihasilkan dari dua kali pembelahan berukuran lebih besar dari dua sel lainnya, sehingga membentuk sebuah bidang bilateral simetris. Pada pembelahan pertama, menghasilkan dua se lyang tidak sama besar. Sel yang besar diberi notasi sel AB, sedangkan sel-sel yang lebih kecil diberi notasi Pi . Kedua sel kemudian membelah secara simultan pada bidang yang saling tegak lurus, menghasilkan empat belastomer dalam bentuk sepertu huruf T (gambar 6.13). Susunan blastomer yang berbentuk huruf T berubah menjadi suatu bentuk rhomboid.Pembelahan ketiga menyebabkan susunan blastomer semakin bilateral simetris.Dua blastomer yang berukuran besar membelah membentuk dua blastomer lainnya di sisi kiri dan kanan sel blastomer tersebut, sedangkan dua blastomer lainnya membentuk suatu kelompok empat sel yang letaknya saling membelakangi.Pada ascaris (nematoda), blastomer-blastomer menunjukkan bagian-bagian yang khusus dari embrio. Bagian A, B, dan C membentuk kulit hewan, blastomer D membentuk endoderem dan saluran pencernaan, blastomer Mst membentukmesoderem dan stomodeum, dan blastomer P3 pada akhirnya menghasilkan sel-sel reproduksi (Balinsky, 1966).

Gambar 13. Diagram pembelahan sel pada nematode stadium 4 sel (Balinsky, 1966)

Gambar 14. Diagram pembelahan sel pada nematode stadium 8 sel (Balinsky, 1966)
4. Pembelahan rotasional holoblastik
Pembelahan rotasional holoblastik dijumpai pada mamalia, misalnya mencit dan manusia. Beberapa ciri-ciri pembelahan pada mamalia adalah: (i) pembelahannya relatif lambat, (ii) orientasi blastomer-blastomernya adalah khas. Pembelahan pertama adalah pembelahan secara ekuatorial. Pembelahan pada embrio mamalia berbeda dengan pembelahan pada embrio lain, dimana pada pembelahan awal embrio mamaliatidak sinkron. Blastomer-blastomer pada embrio mamalia tidak semua membelah pada waktu yang sama. Jadi blastomer pada embrio mamalia tidak bertambah dari stadium 2 sel ke 4 sel, dan 4 sel menjadi 8 sel.

Gambar 15. Perbandingan pembelahan awal pada embrio (A) Echinodermata, (B)Mamalia (Carlson, 1988).
Pada mamalia, umumnya spindle mitosis dari salah satu blastomer mengalamirotasi 90O selama pembelahan kedua. Hal ini menghasilkan susunan blastomer yangbersilang pada stadium 4 sel. Pada stadium 8 sel susunan blastomer menjadi longgardan memiliki banyak ruang antar sel. Pada pembelahan ketiga, sel-sel blastomer mengalami perubahan prilaku dan mereka berkumpul secara tiba-tiba, sehingga blastomer-blastomer berhubungan satu dengan yang lain membentuk bangun berbentuk bola yang kompak (Gilbert, 1985) (gambar 6.16). Susunan tersebut dikemas sangat rapat oleh tight junction pada bagian luar dan gap junction pada bagian dalam.Tight junction berperan untuk mencegah pertukaran bebas antara cairan yang terdapatdi dalam dengan di luar embrio. Gap junction merangkai semua blastomer dari embrio yang telah kompak dan melewatkan pertukaran ion-ion serta molekul-molekul sederhana dari satu sel ke sel berikutnya (gambar 16)

Gambar 16.Scanning Elektron Micrograf pada Embrio Mencit Stadium 8 Sel (A) dan embrio setelah menjadi kompak (Gilbert, 1985).
Gambar 17.Skema perubahan bentuk sel dan pengompakan pada awal perkembangan mencit (Gilbert, 1985).
Pada stadium 16 sel, embrio mencapai stadium morula.Pada morula, blastomer-blastomer mensekresikan cairan internal untuk pembentukan rongga blastocoel. Transisi dari stadium morula ke blastula ditandai dengan terjadinya dua perubahan yaitu:
• Rongga blastula dengan cepat mengalami pembesaran
• Terbentuknya tipe-tipe sel yang berbeda di dalam embrio.

5. Pembelahan Diskoidal Meroblastik
Pembelahan diskoidal meroblastik dapat dijumpai pada ikan, reptil dan burung.Pembelahan hanya berlangsung pada blastodisk yang terdapat pada kutub anima telur, sedangkan yolk tidak turut membelah (Gilbert, 1985).Pada burung, pembelahan berlangsung di dalam saluran reproduksi.Pada pembelahan pertama, blastodisk membentuk dua blastomer yang tidak terpisah secara sempurna. Pembelahan kedua tegak lurus pembelahan pertama, dan menghasilkan 4 blastomer yang juga tidak terpisah secara sempurna. Pembelahan ketiga, dua bidang pembelahan simultan sejajar dengan pembelahan pertama menghasilkan 8 blastomer.Pembelahan keempat merupakan bidang pembelahan yang melingkar dan memotong semua bidang pembelahan terdahulu.Pembelahan kelima adalah pembelahan radial, memotong bidang pembelahan keempat dan menghasilkan blastomer-blastomer tepi yang juga tidak terpisah secara sempurna.Sedangkan pembelahan selanjutnya sukar diikuti.

Gambar 18. Pembelahan meroblastik ayam dilihat dari samping (Balinky, 1966)

Gambar 19. Pembelahan diskoidal meroblastik pada burung (Carlson, 1988)

Bila dianalisis secara seksama, maka tampak bahwa sesungguhnya semua arah pembelahan pada aves berlangsung vertikal atau meridional. Alur pembelahan memisahkan blastomer yang satu dengan blastomer yang lain, tetapi tidak memisahkan dari yolk, sehingga pusat blastomer berdekatan dengan yolk pada bagianbawahnya. Pada tahapan berikutnya, blastomer-blastomer pada bagian pusat terpisah dari yolk yang ada di bawahnya. Sel-sel anak dari bagian atas terpisah dari sel-sel disekitarnya, sedangkan blastomer di bagian bawah tetap berhubungan dengan massayolk.Sel-sel bagian tepi tetap berhubungan dengan yolk. Pada akhirnya semua blastomer akan hilang, bahkan alur yang memisahkan sel satu dengan sel lainnya bergabung ke dalam sinsitium yang saling berhubungan dan memiliki inti yang banyak, namun tidak menunjukkan suatu sel-sel individual (Sudarwati dan Tjan Kiaw Nio,1990).
Sambil melangsungkan pembelahan, embrio awal akan mendapatan selaput-selaput telur dari kelenjar-kelenjar yang terdapat di sepanjang saluran telur. Setibanya di dalam uterus, telur mendapatkan selaput cangkang dari zat kapur. Ketika tiba didalam kloaka beberapa jam setelah fertilisasi, embrio berada dalam stadium blastula dan tinggal menunggu dioviposisikan atau ditelurkan. Biasanya bila tiba dikloaka pada siang harinya, maka telur segera akan dioviposisikan, sehingga embrio dalam telur yang keluar berada dalam stadium blastula. Bila telur tiba dikloaka pada malam hari, maka oviposisi dilakukan pada keesokan harinya, dan embrio di dalam telur sudah berada dalam stadium gastrula. Segera setelah telur dioviposisikan, maka perkembangan embrio terhenti. Perkembangan embrio akan berlanjut bila telur dierami atau diinkubasi pada suhu 38o– 40oC.
Pembelahan diskoidal meroblastik juga dapat dijumpai pada ikan zebra. Model pembelahannya sama dengan embrio aves. Pembelahan sel hanya berlangsung pada blastodisk di bagian kutub anima telur, dan sel-sel yolk tidak ikut mengalami pembelahan.

Gambar .20. Pembelahan diskoidal meroblastik pada ikan zebra (Gilbert, 1985)

6. Pembelahan Superfisial Meroblastik
Pembelahan superficial meroblastik dapat dijumpai pada serangga danarthropoda lainnya. Inti zigot pada bagiabn tengah telur membelah secara mitosis beberapa kali tanpa diikuti dengan pembelahan sitoplasma.PadaDrosophila sp dihasilkan inti sebanyak 256.Inti-inti tersebut dinamakan energid.Energid-energid selanjutnya bermigrasi ke bagian tepi telur.Masing-masing inti dikelilingi oleh sebagian kecil sitoplasma asal. Embrio pada saat ini disebut stadium Syntial blastoderm. Massa sitoplasma pada bagian tengah telur menjadi hancur dan hilang. Inti yang bermigrasi ke bagian posterior telur kembali ditutupi oleh membran sel yang baru untuk membentuk pole cell pada embrio. Sel-sel tersebut kelak akan menjadi sel kelamin pada saat dewasa. Setelah pole cell terbentuk, membran oosit melipat kedalam diantara inti, sehingga pada akhirnya setiap inti menjadi satu sel tunggal dan menghasilkan blastoderm seluler (Gilbert, 1985)

Gambar 21. Pembelahan superficial pada Drosophila sp Angka pada bagan atasembrio menunjukkan waktu (menit) setelah telur di oviposisikan.Angka pada bagian bawah embrio menunjukkan jumlah inti (energid) yang terbentuk (Zolakar dan Erk, 1966 dalam Gilbert, 1985).

2.2 Blastula
Blastulasi merupakan salah satu stadium yang mempersiapkan embrio untuk menyusun kembali sejumlah sel pada tahap perkembangan selanjutnya.Distribudi yolk pada setiap jenis telur pada suatu species berpengaruh terhadap bentuk-bentuk blastula.Umumnya blastula memiliki sebuah rongga yang disebut rongga blastula (blastocoel). Dikenal beberapa macam blastula, yaitu:
1. Coeloblastula. Yaitu blastula berbentuk bulat, dihasilkan oleh telur-telur isolesitaldan oligolesital. Misalnya blastula pada Synapta sp, Asterias sp, Amphioxus, dan Amphibia. Rongga blastula terdapat di tengah atau eksentrik ke arah kutubanima.
2. Diskoblastula, yaitu blastula berbentuk cakram atau tudung. Blastodisk tampak berkembang menyerupai cakram di atas massa yolk. Dihasilkan oleh telur telolesital. Misalnya blastula pada ayam, dan ikan zebra. Rongga blastula terbentuk pada bagian bawah cakram atau tudung diantara blastodisk dan yolk.
3. Blastokista, yaitu blastula yang menyerupai kista. Blastula ini memiliki massa sel-sel dalam (inner cell mass) pada bagian dalam embrio dan dikelilingi oleh tropoblas. Dihasilkan oleh telur isolesital. Misalnya blastula pada mamalia.
4. Stereoblastula, yaitu blastula massif tanpa rongga blastula. Dihasilkan oleh telur sentrolesital. Misalnya blastula pada berbagai jenis serangga.


2.2.1 BLASTULA PADA BERBAGAI JENIS HEWAN
1. Blastula Bintang Laut
Blastula pada bintang laut terbentuk pada stadium 32 sel (relatif).Pada blastul aawal, blastula tampak memiliki silia.Dinding blastula hanya terdiri atas satu lapisan sel. Sel-sel pada bagian apeks di kutub anima memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan sel-sel pada kutub vegetatif. Pada bagian kutub vegetatif terdapat sel-sel mikromer yang kelak akan berkembang menjadi mesenkim primer. Rongga blastula besar dan terdapat pada bagian tengah embrio. Pada stadium blastula lanjut terjadi beberapa perubahan, antara lain lepasnya sel-sel mikromer kedalam blastocoel.

Gambar 1. Stadium blastula padaAsterias sp(Carlson, 1988)
Mekanisme masuknya sel-sel mikromer ke dalam blastocoel adalah sebagai berikut:
a. Bagian apeks sel-sel mikromer memanjang dan lepas dari lapisan hialin, danbagian lateral terpisah dari sel-sel vegetatif di sekitarnya.
b. Sel-sel melintasi lamina basalis masuk ke dalam blastocoel. Di dalam blastocoel, sel-sel tersebut mengalami reorganisasi membentuik sel-sel mesenkim primer.

Gambar 2. Ingresi mesenkim primer pada asterias. (A) dinding blastula sebelum ingresi dimulai, (B) Sel-sel mesenkim primer (P) mulai memanjang ke dalam blastocoel menembus lamina basalis yang tidak sempurna (BL), (C) permukaan apeks sel lepas dari lapisan hialin (H), (D) sel-sel mesenkim primer memisah dari dinding blastocoel, (E) sel-sel mesenkim yang telah terpisah (Carlson, 1985).
2. Blastula pada Amphioxus
Sejak stadium pertumbuhan 8 sel, suatu rongga terbentuk diantara makromerdan mikromer dan rongga tersebut semakin jelas kelihatan pada stadium 64 sel. Rongga tersebut dinamakan rongga blastocoel.Dengan bertambahnya pertumbuhan, rongga tersebut semakin besar.Struktur yang demikian ini dinamakan blastula, terbentuk 4-6 jam setelah fertilisasi. Pertumbuhan akhir blastula berlangsung setelah embrio mencapai lebih dari 200 sel .

Gambar 3. Blastula pada amphioxus (Huettner, 1957)
3. Blastula Pada Amphibia
Pada amphibia (Xenopus sp), stadium blastula tercapai pada stadium 128 sel. Pada stadium ini mulai terbentuk suatu rongga yang disebut rongga blastula (blastocoel). Blastula pada amphibia memiliki tiga daerah yang berbeda, yaitu:
a. Daerah di sekitar kutub anima, meliputi sel-sel yang membentuk atap blastocoel. Sel-sel tersebut merupakan bakal lapisan ektoderem. Sel-sel ini berukuran kecildan disebut mikromer, mengandung banyak butir-butir pigmen.
b. Daerah di sekitar kutub vegetatif, meliputi sel-sel yolk yang berukuran besar(makromer) yang merupakan bakal sel-sel endoderem. Mengandung banyakbutir-butir yolk.
c. Daerah sub ekuatorial berupa sel-sel cincin marginal, meliputi daerah kelabu(gray crescent). Daerah ini secara normal akan membentuk sel-sel mesoderem.
Pada blastula katak, atap blastocoel terdiri atas 2-4 lapisan sel. Alas blastocoel adalah sel-sel yolk.Rongga blastocoel terletak lebih ke kutub anima. Menurut Nieuwkoop, fungsi rongga blastula adalah membatasi interaksi antara bakal ektoderem dan sel-sel endoderem pada cincin marginal yang mengelilingi tepi blastocoel.

Gambar 4. Blastula pada katak (Huettenr, 1957)
4. Blastula Pada Aves
Blastula pada burung adalah blastula berbentuk cakram atau tudung. Setelah lapisan tunggal blastoderem terbentuk, selanjutnya blastoderem mengalami pembelahan secara ekuatorial atau hotisontal, dan menghasilkan 3-4 lapisan sel. Pada stadium ini, blastodisk terdiri atas dua daerah yang berbeda, yaitu:
a. Area pellusida, yaitu daerah yang tampak bening terletak di atas ronggasubgerminal
b. Area opaka, yaitu daerah yang tampak gelap, terletak pada bagian tepiblastodisk.
Pada beberapa jenis aves, rongga subgerminal juga merupakan ronggablastula.Pada ayam dan bebek, blastocoel terbentuk setelah terjadi delaminasi blastoderem membentuk lapisan sel bagian bawah yang disebut hipoblas primer, dan lapisan sel bagian atas yang disebut epiblas.Celah diantara hipoblas dan epiblas disebut blastocoel.

Gambar 5.Pembentukan rongga blastula pada ayam (Gilbert, 1985).
5. Blastula Pada Mamalia
Blastula pada mamalia disebut blastokista, memiliki sebuah rongga yang berisicairan yang dikelilingi oleh selapis sel pada bagian tepi yang disebut tropoblast atau tropektoderem. Pada bagian dalam embrio ke arah kutub anima, terdapat sekelompok sel-sel dalam (inner cell mass).Tropoblas merupakan bagian ekstra embrio yang kelak membentuk selaput korion dan turut serta dalam pembentukan plasenta. Sedangkan massa sel-sel dalam akan berkembang menjadi embrio yang sesungguhnya.

Gambar 6. Skema blastula pada embrio mamalia (Huettner, 1949)
Adanya rongga blastula memungkinkan untuk berlangsungnya gerakan-gerakan morfogenik untuk reorganisasi sel-sel embrio pada stadium perkembangan selanjutnya, khususnya pada stadium gastrula. Pada mamalia, fertilisasi berlangsung pada bagian ampulla oviduk.Zigot yang terbentuk bergerak menuju uterus sambil melangsungkan pembelahan.Pada stadium blastula, embrio siap untuk mengalami implantasi. Sambil terimplantasi, blastula akan berkembang, dan sementara itu terjadi plasentasi pada jaringan tropektoderem dan jaringan endometrium induk.




















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi terjadi setelah pembuahan, yaitu disaat masuknya sperma kedalam telur.Zigot membelah berulang kali, pembelahan mitosis yang berlangsung secara berulang-ulang ini disebut cleavage
Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ini disebut bidang pembelahan, ada 4 macam bidang pembelahan:
5. Ekuator
6. Latitudinal
7. Meridian
8. Vertical
Blastulasi merupakan salah satu stadium yang mempersiapkan embrio untuk menyusun kembali sejumlah sel pada tahap perkembangan selanjutnya.Distribudi yolk pada setiap jenis telur pada suatu species berpengaruh terhadap bentuk-bentuk blastula.Umumnya blastula memiliki sebuah rongga yang disebut rongga blastula (blastocoel).

3.2 Saran
Penulis mengharapkan para pembaca makalah yang berjudul jaringan Embriogenesis Awal ini,dapat mengerti serta memahami isi dari makalah yang tertulis.pembaca dapat membedakan antara proses grastulasi dan proses neurulasi,serta dapat menerapkan materi ini sebagai bahan pembahasan dalam acara praktikum nanti.








DAFTAR PUSTAKA

PEMBELAHAN (CLEAVAGE) Adnan. 2008 (Biologi FMIPA UNM)
Yatim, Wildan.1994. Reproduksi & embryologi Untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran. Bandung: Tarsito.
Blastula Adnan. 2008 (Biologi FMIPA UNM)
http://email90.wordpress.com/2010/10/19/cleavage/
http://nay–13biologi.blogspot.com/2011/06/makalah-perkembangan-hewan-tentang_4381.htm
http://www.ehd.org/flash.php?mov_id=7&language=40&illustrated=1
http://bio1151.nicerweb.com/Locked/media/ch47/47_14FrogOrganogenesis_CL.jpg&imgrefurl.
http://catatankuliah-heri.blogspot.com/2010/03/embriogeneis.html
http://deximel.wordpress.com/2010/05/11/perbedaan-embriogenesis-pada-amphioxus-aves-amphibia-dan-mamalia/
http://shintabits09.wordpress.com/2011/04/02/laporan-perkehe/
http://embriologikatak.blogspot.com/2013/03/segmentasi-dan-morula-pada-katak.html
Share this:
Twitter
Facebook
Google
Permalink.
Leave a Reply
Enter your comment here...
Post navigation
Next Post →
 
Archives
March 2014
September 2013
Meta
Register
Log in

Blog at WordPress.com. | The Yoko Theme.
Top
Follow
Follow “dianevyns”

Get every new post delivered to your Inbox.




Powered by WordPress.com

0 komentar:

Posting Komentar