Kamis, 26 Maret 2015

Materi tentang Plathyhelminthes dan Nemathelminthes

Standard
                                                               BAB 11
                                                       PEMBAHASAN
A.Pengertian Plathelminthes
Platyhelminthes           berasaldari bahasa yunani, Platy = Pipih dan Helminthes = cacing. Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit.

Gambar platyhelminthes
1. Ciri Tubuh
   Tubuh     simetri            bilateral
   Belum    memiliki          system peredaran       darah
   Belum    memiliki          anus
Belum memiliki rongga badan dan termasuk kelompok Triploblastik Aselomata
   Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dan saraf-saraf tepi berupa Saraf Tangga Tali.          
Beberapa ada yang mempunyai alat keseimbangan Statotista.
Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembap (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.

B. Struktur dan Fungsi Tubuh
Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.

C. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.

D. Sistem Syaraf
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih:
Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).

E. Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel.

F. Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.

G. Cara Hidup dan Habitat
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

H. Klasifikasi Platyhelminthes
Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita).
  • Kelas Turbellaria
 Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
                                                                                  Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.
platyhelm_turbellaria_dugesia
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesiamencarimakanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam        usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi
  • Kelas Trematoda
memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma Jenis-jenis kelas ini adalah :    
a.Fasciola hepatica (cacin
g    hati ternak),bersifat     hermafrodit.
         Siklus hidupnya adalah : Telur menjadi Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea menjadi Sporokista kemudian berkembang menjadi Larva (II) yaitu redia kemudian Larva (III) yaitu serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong berupa kista yang menempel pada tumbuhan air (terutama selada air atau Nasturqium officinale).
Gambar fasciola hepatica

  • Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer
taenia_pisiformis
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada    bagian  leher    terbentu           proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh
$inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.



Gambar taenia fisiformis

J. Siklus Hidup Platyhelminthes
Telur (bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) -> sporokista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) -> dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai dewasa
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa
Taenia saginata / Taenia SoliumProglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces
K. Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes
Schistosoma mansoni, penyebab Schistosoma pada manusia.
Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia.. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah manusia. Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut.




1. Ciri Tubuh
Nemathelminthes memiliki tubuh berbentuk bulat panjang seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing. Cacing ini memiliki rongga tubuh semu, sehingga disebut sebagai hewan pseudoselomata.
Nemathelminthes umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada pula yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri dari enzim pencernaan yang berasal dari inangnya. Kutikula ini akan semakin menguat apabila cacing ini hidup parasit  pada usus inang    dari pada  hidup      bebas.                                                                   Cacing Nematoda disebut juga cacing gilig. Tubuh dari cacing ini gilig, tidak bersegmen, kulitnya halus, licin, dan dilapisi oleh kutikula. Apabila dipotong tubuhnya, akan terlihat tubuhnya bersifat bilateral simetris dan termasuk golongan hewan yang triplobastik pseudoselomata. Memiliki sistem pencernaan sempurna dan cairan tubuh pada coelom yang berfungsi sebagai sistem peredaran darah. Phylum Nematoda ini ditemukan di habitat air, tanah lembap, jaringan tumbuhan serta pada cairan dan jaringan hewan lainnya. Menurut Campbell (1998: 602), sekitar 80.000 spesies Nematoda telah diketahui. Nematoda yang ada, jumlahnya 10 kali lipat dari nematoda yang telah diketahui. Ukuran nematoda berkisar dari yang berukuran kurang dari 1 mm hingga lebih dari 1 m. Nematoda ada yang hidup bebas dan juga parasit pada hewan lainnya.  Nematoda umumnya bereproduksi secara seksual. Kelamin jantan dan betinanya terpisah pada individu yang berbeda. Ukuran tubuh betina biasanya lebih besar dari jantan. Fertilisasi terjadi secara internal dan betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100.000 butir atau lebih setiap harinya. Cacing jantan umumnya lebih kecil daripada cacing betina. Terlihat juga mulut dan anus di dalamnya juga terdapat usus, jadi sistem pencernaannya sudah lengkap. Tahukah Anda cacing ini tidak memiliki sistem pembuluh darah dan sistem pernapasan? Bagaimana dia melakukan pernapasan?
Gambar Contoh cacing Nemathelminthes
Contoh spesies filum ini, antara lain cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale), cacing kremi (Oxyuris vermicularis), dan cacing filaria (Wuchereria bancrofti). Cacing gelang atau yang disebut juga cacing perut, merupakan parasit pada usus halus manusia. Cacing dengan panjang 15 cm –35 cm ini memiliki warna tubuh putih kekuning-kuningan, mulut di bagian anterior, dan dilengkapi 3 buah bibir. Cacing betina mampu menghasilkan sekitar 200 ribu telur dalam satu kali pengeluaran. Telur terbawa bersama feses dan dapat masuk tubuh melalui makanan atau telapak kaki. Dalam usus halus, telur menetas dan menjadi larva kecil. Setelah menembus dinding usus, larva terbawa aliran darah sampai jantung dan paru-paru. Dalam paru-paru, larva dapat mencapai trakea sehingga tertelan kembali ke usus halus dan tumbuh dewasa. Cacing gelang ini merupakan penyebab penyakit ascariasis. Cacing tambang hidup di usus manusia dan dapat mengisap darah dan cairan tubuh manusia. Cacing filaria (Wuchereria bancrofti) hidup di pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh getah bening yang mengakibatkan penyakit kaki gajah (elephantiasis) (Gambar 6.13). Cacing ini disebarkan oleh tusukan nyamuk Culex.
2) Perkembangbiakan Nemathelminthes
Pernahkah Anda melihat cacing tanah? Cacing tanah ada yang besar dan ada pula yang kecil? Bila cacing tanah itu besar, berarti cacing ini adalah betina, sebaliknya bila cacing tanah itu kecil, berarti merupakan cacing jantan. Jika Anda amati, cacing jantan ini mempunyai bagian ekor (posterior) di dekat lubang anus yang terdapat tonjolan disebut penial setae. Alat ini berguna untuk alat kopulasi, sedangkan cacing betina tidak memilikinya. Dengan demikian reproduksinya hanya dilakukan secara seksual.
3. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing ini telah lengkap, terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi. Cairan pseudoselom yang akan mengalirkan makanan ke seluruh tubuh dan pernapasan akan berlangsung secara difusi melalui permukaan tubuh.
4. Cara Hidup dan Habitat
Nemathelminthes ada yang hidup bebas, ada pula yang parasit pada manusia. Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek dan di dasar perairan, berperan untuk menguraikan sampah organik, sedangkan yang parasit akan hidup di tubuh inangnya dan memperoleh makanan dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampr seluruh hewan dapat menjadi inang bagi Nemathelminthes.
5. Reproduksi
Nemathelminthes umumnya bereproduksi secara seksual karena sistem reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan betinanya terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan secara internal. Hasil fertilisasi dapat mencapai lebih dari 100.000 telur per hari. Saat berada di lingkungan yang tidak menguntungkan, maka telur dapat membentuk kista untuk perlindungan dirinya.

6. Klasifikasi
Terdapat sekitar 80 ribu species nemathelminthes yang telah di identifikasi dan yang belum teridentifikasi juga sangat banyak. Phylum nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas yaitu Nematoda dan Nematophora
1). Nematoda

?Nematoda
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Nematoda
Kelas
           
Nematoda (dari bahasa Yunani νῆμα (nema): "benang" + -ώδη -ode "seperti") adalah sebuah filum. Disebut juga Nemathelminthes. Filum ini merupakan salah satu filum yang beranggotakan terbanyak (sekitar 80.000 spesies, 15.000 diantaranya merupakan parasit). Contohnya adalah cacing tambang, cacing kremi, dan cacing perut.
(1)Askariasis

?Ascaris lumbricoides
Cacing dewasa betina.
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. lumbricoides
Ascaris lumbricoides
Linnaeus, 1758

Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Nemathelminthes Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.
Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur.Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.












Siklus hidup Ascaris
Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.            Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru.                                           
 Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.
Patologi klinik
Askariasis
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.                                        Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.
Gambar Telur Ascaris yang berisi embrio
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat seperti konvermex, combantrin dan jenis obat-obatan lain yang mengandung pyrantel pamoat.
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai 70% hingga 99%.
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah di indonesia dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.
2) Ancylostoma duodenale(cacing tambang)
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis.cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia.
Cacing tambang pada bagian depan(anterior) melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1-4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya. Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnya. Pada bagian belakangnya(posterior) cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi yang berfungsi untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin. Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat di bagian tengah tubuhnya.
Oxyuris vermicularis (cacing kremi)
enterobius-vermicularis
Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang sangat kecil. sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia.Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup mengganggu.Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing     ini.
Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole
h penderita sendiri.Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing        kremi   akan     terjadi  kembali.

2). Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
?filaria
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Upaordo:
Famili:
Genus:
Wuchereria

Wuchereria bancrofti
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
B74.0 [1]
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria. Pernahkah Anda mendengar penyakit kaki gajah (elephantiasis)? Terlihat kaki penderita menjadi bengkak, mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Cacing ini hidup pada pembuluh limfa di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfa sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
            Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria.Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa.Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah ( elefantiasis ), yaitu pembengkakan tubuh.Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak.Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.



penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti
Terdapat sekitar 80 ribu spesies Nemathelminthes yang telah diidentifikasi, dan yang belum teridentifikasi juga sangat banyak. Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas yaitu nematoda, dan nematophora. Beberapa nematoda yang menjadi parasit pada manusia adalah:
3).Trichinella   spiralis
Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan penyakit trikhinosis atau kerusakan otot.Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan daging yang tidak dimasak dengan baik.
4). Heterode radicicola
Heterode radicicola adalah hewan dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nematoda. Cacing ini hidup pada akar tanaman dan menyebabkan bengkak pada akar tanaman.
Dalam Nematode dibagi menjadi dua sub kelas:
a. sub kelas 1:Eunematoda
            cacing yang termasuk sub kelas ini tubuhnya dilapisi epithelium. Bonat mempunyai saluran dan tidak mempunyai kloaka, pada jenis jantan dan betina. Pada tubuh sebelah lateral terdapat chorda (penguat tubuh yang elastis)sub kelas ini terdiri dari 5 ordo:
a) ordo 1: Ascaroidea
ada yang hidup bebas dan ada yang parasit, mempunyai 3 bibir. Ada 4 familia:
familia 1: ascaridea
termasuk family ini adalah ascaris lumbricoides, genus adalah toxocara. Contoh: toxocara canis, terdapat pada alat pencernaan makanan anjing yang liar
familia 2: Heteracidea
merupakan familia yang parasit pada burung dan mamalia, contoh: Heterakis gallinae, yang hidup parasit pada burung liar.
Familia 3: Oxyudea
Diantara genus yang terkenal adalah Enterodeus vermicularies, yang hidup parasit pada orang terutama pada anak-anak
Familia 4: Rhapditidae
Famili ini ada ruang hidup bebas, ada yang parasit, di antaranya adalah strongyloides stercolaris. Cacing trsebut hidup ditempat becek di daerah tropis, sedang yang dewasa didalam usus.

b) Ordo 2: Srongylidea
Hidup parasit, yang jantan mempunyai bursa caudalis dimana bursa tersebut diperkuat dengan jari-jari. Ada 4 familia
Familia 1: Strongylidae
Banyak yang parasit pada ternak, disebut strongulus vulgaris. Dan yang parasit pada kuda tersebar pada seluruh dunia terutama pada daerah yang hawanya panas. Sedangkan yang dewasa hidup pada usus dan menghisap darah sehingga mengakibatkan anemia. Yang parasit pada ternak damba atau kambing ialah: Oesophangustonum columbianum
Familia 2: Ancylostomidae
Nama lainnya adalah cacing tambang, cacing ini terdapat di usus manusia, terdapat juga pada usus babi
Familia 3:Metasrongylidae
Family yang terkenal adalah Dictyocaulus filarial yang hidup pada paru-paru domba, kambing.
Familia 4: Terichostrongylidea
Contoh  yang parasit pada ternak adalah Haemonchus contortus
c) Ordo 3:Filaroidea
Hidup parasit, mempunyai sepasang bibir lateral, atau tidak mempunyai bentuk bibir. Esophagus tidak mempunyai bentuk bola, dimana bagian anterior mempunyai bagian yang berotot dan posterior mempunyai kelenjar.
d) Ordo 4:Diotophymoidea
hidup parasit pada tubuh kadang-kadang terdapat duri esofagusnya panjang dan berbentuk tongkat. Anggota ordo ini kebanyakan parasit dan terdapat pada alat pencernaan, ginjal rongga tubuh pada mamalia, sebagai ospes intermediernya biasanya adalah ikan. Contoh yang terkenal: Dioctophyme renale yang biasanya terdapat pada ginjal anjing, dimana anjing tersebut dapat di jangkiti anjing ini, karena makan anjing yang masih mentah.
e) ordo 5: Trichinelloidea
parasit, pada bagian esophagus tampak jelas atau tidak jelas, esophagus mempunyai lapisan kutikula yang terdiri dari satu lapisan sel. Dari ordo ini yang terkenal adalah Trichinella spiralis, menyebabkan penyakit trichinosis pada manusia, babi dan tikus. Parasit masuk kedalam tubuh manusia karena makan babi yang kurang masak yang mengandung larva cacing tersebut.

b. Sub kelas II: Gordiacea
Rongga tubuhnya dilapisi oleh epithelium. Gonad tidak mempunyai saluran penghubung dengan saluran penyalurnya terdapat cloaca pada betina, tidak memiliki chordalatelaris. Berbentuk seperti ular rambut kuda, bentuk tubuh gordiacea saluran pencernaan dan saluran kelamin terbukadalam suatu muara, umumnya disebut cloaca. Pada hewan jantanntidak menpunyai batang-batang duri dan hewan dewasa hidup didalam air. Sedangkan larva terdapat di dalam insec airdan pindah keinsecta lainnya, misalnya kecoak, tawon, belalang
Contoh terkenal: Gordius aquaticus   .                                              
   2. Nematophora/ Acanthocephala
Ciri-ciri
Tidak mempunyai usus tapi mempunyai proboscis yang berduri kemudian terdapat adanya dikepala. Hidup dalam usus vertebrata dan biasanya melekat pada dinding khusus dengan belalai bengkok dengan kait duri.panjang tubuh beberapa mm tetapi ada yang mencapai 50 mm, mempunyai alat pencernaan. Makanan dihisap melalui tubuh hospesnya. Jenis kelaminnya terpisah dan mempunyai system reproduki yang kompleks. Hospes perantara crustacean dan insect. Contoh: Neoechinorhynchus emydis, terdapat pada hewan penyu.  

















BAB 111
PENUTUP
Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit.
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
Nemathelminthes Sering disebut cacing perut atau cacing usus atau cacing gelang. Parasit pada usus halus manusia, hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak ada sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik.
Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan lilin atau kutikula.






DAFTAR PUSTAKA
  • Fictor F, dkk. Praktis Belajar Biologi SMA X: Jakarta. BSE 2009
  • Herni Budiati. Biologi SMA X: Jakarta. BSE 2009
  • Indun Kistinnah, dkk. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA X: Jakarta. BSE 2009
  • Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • Padmasutra, Leshmana, dr. 2007. Catatan Kuliah:Ascaris lumbricoides. Jakarta:Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.




0 komentar:

Posting Komentar