KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini tepat pada waktunya. Di mana makalah ini di buat sebagai
syarat mengikuti mata kuliah Struktur Hewan.
Makalah ini berisikan tentang sistem otot pada hewan
vetebrata. Tujuan di buatnya makalah ini sebagai syarat mengikuti mata kuliah
struktur hewan, serta memberikan tambahan ilmu yang telah penulis dapatkan dari
berbagai sumber pendidikan. Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca
dapat memperoleh makna dan pengetahuan sehingga dapat menambah wawasan dalam
bidang studi pendidikan kewarganegaraan.
Tak lupa juga penulis sampaikan ucapan terimakasih
kepada dosen pengampu dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu di
dalam penulisan makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam penulisan dan terdapat
kekurangan dari makalah ini.
Sintang, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
judul……………………………………………………………………….... i
Kata
pengantar………………………………………………………………………… ii
Daftar
isi……………………………………………………………………………….. iii
BAB 1.
Pendahuluan
1.1 Latar
belakang…………......................…………………………...……. 1
1.2
Tujuan……………………...................………………............................ 1
BAB 2. Sistem
otot pada hewan vetebrata
2.1 Pengertian otot.......................................................................................... 2
2.2 Jaringan-jaringan
otot............................................................................. 2
2.3
Mekanisme Kerja Otot ............................................................................ 5
2.4
Struktur Otot Lurik
................................................................................ 5
2.5
Mekanisme Kontraksi Otot
.................................................................... 7
2.6
Perbandingan Otot dari setiap vetebrata .............................................. 11
BAB 3.
Penutup
3.1 Kesimpulan
.............................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan
organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi
untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang
bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus
dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu
struktur filamen yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks,
yaitu filamen aktin dan miosin.
Pada
saat otot berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang
mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibril. Oleh karena itu,
banyak jenis otot yang saling berhubungan walaupun jenis otot terdiri dari otot
lurik, otot jantung, dan otot rangka. Ketiganya mempunyai fungsi dan tujuan
yang berbeda pula.
1.2
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perbedaan
jenis-jenis jaringan otot pada hewan maupun pada manusia. Selain itu, dapat
mengetahui kontraksi otot pada saat otot bekerja.
BAB
II
SISTEM
OTOT PADA HEWAN
VETEBRATA
2.1
Pengertian
Otot
Otot
merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel
sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek,
dengan kata lain sel oto akan memendekkan dirinya kearah tertentu.
Otot
merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi,
aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari
seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran
sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan
miosin. Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang
mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.
Terdapat
pula macam – macam otot yang berbeda pada vertebrata. Yang pertama ialah otot
jantung, yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot polos terdapat pada
dinding semua organ tubuh yang berlubang (kecuali jantung). Kontraksi otot
polos yang umumnya tidak terkendali, memperkecil ukuran struktur-struktur yang
berlubang ini. Pembuluh darah, usus, kandung kemih dan rahim merupakan beberapa
contoh dari struktur yang dindingnya sebagian besar terdiri atas otot poos.
Sehingga kontraksi otot polos melaksanakan bermacam-macam tugas seperti
meneruskan makanan kita dari mulut ke saluran pencernaan, mengeluarkan urin,
dan mengirimkan bayi ke dunia.Otot kerangka, seperti namanya, adalah otot yang
melengkat pada kerangka. Otot ini dikendalikan dengan sengaja. Kontraksinya
memungkinkan adanya aksi yang disengaja seperti berlari, berenang, mengerjakan
alat-alat, dan bermain bola. Akan tetapi, apabila otot jantung, otot polos,
ataupun otot kerangka atau lurik memeberikan suatu ciri, maka otot tersebut
merupakan alat yang menggunakan energi kimia dan makanan untuk melakukan kerja
mekanisme.
2.2
Jaringan - Jaringan otot
Jaringan-jaringan
otot tersusun atas sel-sel otot. Jaringan
ini berfungsi melakukan pergerakan pada berbagai bagian tubuh. Jaringan otot dapat berkontraksi
karena di dalamnya terdapat serabut kontraktil yang disebut miofibril.
Miofibril tersusun atas miofilamen atau protein aktin dan protein miosin.
Kurang lebih 40% berat tubuh mamalia merupakan jaringan otot. Jaringan
otot dapat dibagi menjadi jaringan
otot polos, otot lurik (seran lintang), dan otot jantung.
a.
Jaringan Otot
Polos
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak
memantulkan cahaya berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan
homogen. Otot polos mempunyai
bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar, dan ujungnya meruncing.
Dalam setiap sel otot polos
terdapat satu inti sel yang terletak di tengah dan bentuknya pipih.
Gambar 1. Otot polos
Aktivitas
otot polos tidak dipengaruhi
oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga disebut otot involunter dan
selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Kontraksi otot
polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos terdapat
pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot visera. Misalnya
pada pembuluh darah, pembuluh limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan
saluran pernapasan. Otot polos berfungsi memberi gerakan di luar kehendak,
misalnya gerakan zat sepanjang saluran pencernaan. Selain itu, berguna pula
untuk mengontrol diameter pembuluh darah dan gerakan pupil mata.
b.
Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang
memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel
atau serabut otot lurik berbentuk
silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak
di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik
bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari sistem
saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah. Otot lurik disebut juga otot rangka
karena biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya pada bisep dan trisep.
Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat
gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat
menggerakkan tulang dan tubuh.
Gambar 2. Otot lurik
c.
Jaringan Otot Jantung
Otot jantung berbentuk
silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang
bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua
inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau
disebut juga otot involunter dan
selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung
berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat.
Dinamakan otot jantung karena
hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan
jantung menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri
khas otot jantung adalah
mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika
dilihat dengan mikroskop.
Gambar 3. Otot jantung
Akan
lebih jelas bila kita memahami perbedaan otot lurik, otot polos, dan otot
jantung berdasarkan tabel berikut.
Tabel
1. Perbedaan Otot Lurik, Otot Polos, dan Otot Jantung pada Jaringan Otot
Vertebrata
2.3
Mekanisme
Kerja Otot
Dibalik
mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu.
Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan
kontrakso otot. Hampir semua jenis makhluk hidup memilki kemampuan untuk
melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa transport aktif
melalui membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain
termasuk kontraksi otot.
2.4
Struktur
Otot Lurik
Otot
lurik disebut juga Otot rangka, adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang
berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh . Otot pengisi atau otot yang
menempel pada sebagian besar tulang kita (skeletal) tampak bergaris-garis atau
berlurik-lurik jika dilihat melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri dari
banyak kumpulan (bundel) serabut paralel panjang dengan diameter penampang 20-100
m yang di sebut serat otot. Panjang serat otot ini mampu mencapai panjang serat
otot ini mampu mencapai panjang otot itu sendiri dan merupakan sel-sel berinti jamak
(multinucleated cells). Serat otot sendiri tersusun dari kumpulan-kumpulan
paralel seribu miofibril yang berdiameter 1-2 m dan memanjang sepanjang sebuah
serat otot. Garis-garis pada otot lurik disebabkan oleh struktur
miofibril-miofibril yang saling berkaitan. Pola-pola itu berepetisi dengan
teratur sehingga tiap satu unit pola dinamakan sarkomer. Sarkomer memiliki m
pada otot yang rileks dan akan memendek saat otot panjang
2.5 - 3.0 berkontraksi. Antara sarkomer
satu dengan lainnya, terdapatlah lapisan gelap disebut disk Z (piringan Z).
Lurik A terpusat pada daerah terang yang dinamakan daerah H yang peusatnya
terletak pada lurik / disk M. Jika kita melihat gambar 2 lebih teliti lagi,
maka terdapat sekelompok filamen yang tebal dan filamen tipis.
Filamenfilamen
tebal dengan diameter 150 Angstrom itu tertata secara paralel heksagonal dalam
daerah yang disebut daerah H. Sementara itu filamen-filamen tipis dengan diameter
70 Angstrom memiliki ujung yang terkait langsung dengan disk Z. Daerah yang
terlihat gelap pada ujung-ujung daerah A merupakan tempat relasi-relasi antara
filamen tebal dan filamen tipis. Relasi-relasi ini berupa cross-bridges (jembatan-silang)
yang berselang secara teratur.
a.
Filamen-filamen tebal tersusun dari
Miosin
Filamen-filamen
tebal pada vertebrata (makhluk hidup bertulang belakang) hampir sebagian besar
tersusun dari sejenis protein yang disebut Miosin. Molekul miosin terdiri dari
enam rantai polipeptida yang disebut rantai berat dan dua pasang rantai ringan
yang berbeda (disebut rantai ringan esensial dan regulatori, ELC dan RLC).
Miosin termasuk protein yang khusus karena memiliki sifat berserat (fibrous)
dan globular.
Secara
umum, molekul miosin dapat dilihat sebagai segmen berbentuk batang sepanjang
1600 Angstrom dengan dua kepala globular. Miosin hanya berada dalam wujud
molekul-molekul tunggal dengan kekuatan ioniknya yang lemah. Bagaimanapun juga,
protein-protein ini berkaitan satu sama lain menjadi struktur
Struktur tersebut ialah struktur dari filamen tebal yang telah dibicarakan sebelumnya. Pada struktur itu, filamen tebal merupakan suatu bentuk yang bipolar dengan kepala-kepala miosin yang menghadap tiap-tiap ujung filamen dan menyisakan bagian tengah yang tidak memiliki kepala satupun (bare zone / jalur kosong). Kepalakepala miosin itulah yang merupakan wujud dari cross-bridges dalam perhubungannya dengan miofibrilmiofibril. Sebenarnya, rantai berat miosin berupa sebuah ATPase yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi dalam suatu reaksi yang membuat terjadinya kontraksi otot. Jadi, otot merupakan alat untuk mengubah energi bebas kimia berupa ATP menjadi energi mekanik. Sementara itu, fungsi rantai ringan miosin diyakini sebagai modulator aktivitas ATPase dari rantai berat yang bersambungan dengannya.
Di tahun 1953, Andrew Szent-Gyorgi menunjukkan bahwa miosin yang diberi tripsin secukupnya akan memecah miosin menjadi dua fragmen (Gambar 5) yaitu Meromiosin ringan (LMM) dan Meromiosin berat (HMM). HMM dapat dipecah dengan papain menjadi dua bagian lagi yaitu dua molekul identik dari subfragmen-1 (S1) dan sebuah subframen-2 (S2) yang berbentuk mirip batang.
Struktur tersebut ialah struktur dari filamen tebal yang telah dibicarakan sebelumnya. Pada struktur itu, filamen tebal merupakan suatu bentuk yang bipolar dengan kepala-kepala miosin yang menghadap tiap-tiap ujung filamen dan menyisakan bagian tengah yang tidak memiliki kepala satupun (bare zone / jalur kosong). Kepalakepala miosin itulah yang merupakan wujud dari cross-bridges dalam perhubungannya dengan miofibrilmiofibril. Sebenarnya, rantai berat miosin berupa sebuah ATPase yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi dalam suatu reaksi yang membuat terjadinya kontraksi otot. Jadi, otot merupakan alat untuk mengubah energi bebas kimia berupa ATP menjadi energi mekanik. Sementara itu, fungsi rantai ringan miosin diyakini sebagai modulator aktivitas ATPase dari rantai berat yang bersambungan dengannya.
Di tahun 1953, Andrew Szent-Gyorgi menunjukkan bahwa miosin yang diberi tripsin secukupnya akan memecah miosin menjadi dua fragmen (Gambar 5) yaitu Meromiosin ringan (LMM) dan Meromiosin berat (HMM). HMM dapat dipecah dengan papain menjadi dua bagian lagi yaitu dua molekul identik dari subfragmen-1 (S1) dan sebuah subframen-2 (S2) yang berbentuk mirip batang.
b.
Filamen-filamen tipis tersusun dari Aktin,
Tropomiosin dan Troponin
Komponen
penyusun utama filamen tipis ialah Aktin. Aktin merupakan protein eukariotik
yang umum, banyak jumlahnya, dan mudah didapati. Aktin didapati dalam wujud
monomer-monomer bilobal globular yang disebut G-aktin yang secara normal
mengikat satu molekul ATP untuk tiap-tiap monomer. G-aktin itu nantinya akan
berpolimerisasi untuk membentuk fiber-fiber yang disebut F-aktin. Polimerisasi
ini merupakan suatu proses yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dengan ADP yang
nantinya terikat pada unit monomer F-aktin. Sebagai hasilnya, F-aktin akan
membentuk sumbu rantai utama dari filamen tipis. Tiap-tiap unit monomer F-aktin
mampu mengikat sebuah kepala miosin (S1) yang ada pada filamen tebal. Mikrograf
elektron juga menunjukkan bahwa F-aktin merupakan deretan monomer terkait
dengan urutan kepala ekor-kepala. Maka dari itu, F-aktin memiliki wujud yang
polar. Semua unit monomer F-aktin memiliki orientasi yang sama dilihat dari
sumbu fiber. Filamen-filamen tipis itu juga memiliki arah yang menjauhi disk Z.
Sehingga kumpulan-kumpulan filamen tipis yang menjulur pada kedua sisi disk Z
itu memiliki orientasi yang berlawanan.
Komposisi
miosin dan aktin masing-masing sebesar 60-70% dan 20- 25% dari protein total
pada otot. Sisa protein lainnya berkaitan dengan filamen tipis yakni Tropomiosin
dan Troponin. Troponin terdiri dari tiga subunit yaitu TnC (protein pengikat
ion Ca), TnI (protein yang mengikat aktin), dan TnT (protein yang mengikat
tropomiosin). Dari sini, dapat disimpulkan bahwa kompleks tropomiosin -
Troponin mangatur kontraksi otot dengan cara mengontrol akses cross-bridges S1
pada posisiposisi pengikat aktin.(Anonim, 2010)
c.
Protein minor pada Otot yang mengatur
jaringan-jaringan Miofibril.
Disk
Z merupakan wujud amorf dan mengandung beberapa protein berserat -aktinin (untuk
mengikatkaná(fibrous).
Protein-protein lain itu ialah
filamen-filamen tipis pada disk Z), desmin (banyak terdapat pada daerah
perifer / tepi disk Z dan berfungsi untuk menjaga keteraturan susunan antar
sesama miofibril), vimentin (bersifat sama dengan desmin), titin (merupakan
polipeptida dengan massa terbesar, berada sepanjang filamen tebal sampai disk
Z, dan berfungsi seperti pegas yang mengatur agar letak filamen tebal tetap di
tengah-tengah sarkomer), dan nebulin (berada di sepanjang filamen tipis dan
berfungsi untuk mempertahankan panjang filamen). Sementara itu, disk M yang
merupakan hasil penebalan akibat sambungan filamen-filamen tebal itu juga
mengandung C-protein dan Mprotein. Peranan kedua protein itu ada pada susunan
atau perkaitan antara filamen-filamen tebal pada disk M.p.
2.5
Mekanisme Kontraksi Otot
Setelah struktur otot dan komponen-komponen penyusunnya ditinjau, mekanismeatau interaksi antar komponenkomponen itu akan dapat menjelaskan proses kontraksi otot.
Setelah struktur otot dan komponen-komponen penyusunnya ditinjau, mekanismeatau interaksi antar komponenkomponen itu akan dapat menjelaskan proses kontraksi otot.
a.
Filamen-filamen tebal dan tipis yang
saling bergeser saat proses kontraksi
Kita
telah mengetahui bahwa panjang otot yang terkontraksi akan lebih pendek
daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks. Pemendekan ini rata -rata sekitar
sepertiga panjang awal. Melalui mikrograf elektron, pemendekan ini dapat
dilihatsebagai konsekuensi dari pemendekan sarkomer. Sebenarnya, pada saat
pemendekan berlangsung, panjang filamen tebal dan tipis tetap dan tak berubah
(dengan melihat tetapnya lebar lurik A dan jarak disk Z sampai ujung daerah H
tetangga) namun lurik I dan daerah H mengalami reduksi yang sama besarnya.
Berdasar
pengamatan ini, Hugh Huxley, Jean Hanson, Andrew Huxley dan R.Niedergerke pada
tahun 1954 menyarankan model pergeseran filamen (filament sliding). Model ini
mengatakan bahwa gaya kontraksi otot itu dihasilkan oleh suatu proses yang
membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya.
b.
Aktin merangsang Aktivitas ATPase Miosin
Model
pergeseran filamen tadi hanya menjelaskan mekanika kontraksinya dan bukan
asal-usul gaya kontraktil. Pada tahun 1940, Szent-Gyorgi kembali menunjukkan
mekanisme kontraksi. Pencampuran larutan aktin dan miosin untuk membentuk
kom-pleks bernama Aktomiosin ternyata disertai oleh peningkatan kekentalan
larutan yang cukup besar. Kekentalan ini dapat dikurangi dengan menambahkan ATP
ke dalam larutan aktomiosin. Maka dari itu, ATP mengurangi daya tarik atau
afinitas miosin terhadap aktin. Selanjutnya, untuk dapat mendapatkan penjelasan
lebih tentang peranan ATP dalam proses kontraksi itu, kita memerlukan studi
kinetika kimia. Daya kerja ATPase miosin yang terisolasi ialah sebesar 0.05 per
detiknya. Daya kerja sebesar itu ternyata jauh lebih kecil dari daya kerja
ATPase miosin yang berada dalam otot yang berkontraksi. Bagaimanapun juga,
secara paradoks, adanya aktin (dalam otot) meningkatkan laju hidrolisis ATP
miosin menjadi sekitar 10 per detiknya. Karena aktin menyebabkan peningkatan
atau peng-akti-vasian miosin inilah, muncullah sebutan aktin. Selanjutnya,
Edwin Taylor mengemukakan sebuah model hidrolisis ATP yang dimediasi /
ditengahi oleh aktomiosin.
Pada
tahap pertama, ATP terikat pada bagian miosin dari aktomiosin dan menghasilkan
disosiasi aktin dan miosin. Miosin yang merupakan produk proses ini memiliki
ikatan dengan ATP. Selanjutnya, pada tahap kedua, ATP yang terikat dengan
miosin tadi terhidrolisis dengan cepat membentuk kompleks miosin-ADP-Pi.
Kompleks tersebut yang kemudian berikatan dengan Aktin pada tahap ketiga. Pada
tahap keempat yang merupakan tahap untuk relaksasi konformasional, kompleks
aktin-miosin-ADP-Pi tadi secara tahap demi tahap melepaskan ikatan dengan Pi
dan ADP sehingga kompleks yang tersisa hanyalah kompleks Aktin-Miosin yang siap
untuk siklus hidrolisis ATP selanjutnya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
proses terkait dan terlepasnya aktin yang diatur oleh ATP tersebut menghasilkan
gaya vektorial untuk kontraksi otot.
c.
Model untuk interaksi Aktin dan Miosin
berdasar strukturnya
Rayment,
Holden, dan Ronald Milligan telah memformulasikan suatu model yang dinamakan
kompleks rigor terhadap kepala S1 miosin dan Faktin. Mereka mengamati kompleks
tersebut melalui mikroskopi elektron. Daerah yang mirip bola pada S1 itu
berikatan secara tangensial pada filamen aktin pada sudut 45o terhadap sumbu
filamen. Sementara itu, ekor S1 mengarah sejajar sumbu filamen. Relasi kepala
S1 miosin itu nampaknya berinteraksi dengan aktin melalui pasangan ion yang
melibatkan beberapa residu Lisin dari miosin dan beberapa residu asam Aspartik
dan asam Glutamik dari aktin.
d.
Kepala-kepala Miosin “berjalan” sepanjang
filamen-filamen aktin
Hidrolisis
ATP dapat dikaitkan dengan model pergeseran-filamen. Pada mulanya, kita
mengasumsikan jika cross-bridges miosin memiliki letak yang konstan tanpa
berpindah-pindah, maka model ini tak dapat dibenarkan. Sebaliknya, cross
bridges itu harus berulangkali terputus dan terkait kembali pada posisi lain
namun masih di daerah sepanjang filamen dengan arah menuju disk Z. Melalui
pengamatan dengan sinar X terhadap struktur filamen dan kondisinya saat proses
hidrolisis terjadi, Rayment, Holden, dan Milligan mengeluarkan postulat bahwa
tertutupnya celah aktin akibat rangsangan (berupa ejeksi ADP) itu berperan
besar untuk sebuah perubahan konformasional (yang menghasilkan hentakan daya
miosin) dalam siklus kontraksi otot. Postulat ini selanjutnya mengarah pada
model “perahu dayung” untuk siklus kontraktil yang telah banyak diterima
berbagai pihak.
Pada
mulanya, ATP muncul dan mengikatkan diri pada kepala miosin S1 sehingga celah
aktin terbuka. Sebagai akibatnya, kepala S1melepaskan ikatannya pada aktin.
Pada tahap kedua, celah aktin akan menutup kembali bersamaan dengan proses
hidrolisis ATP yang menyebabkan tegaknya posisi kepala S1. Posisi tegak itu
merupakan keadaan molekul dengan energi tinggi (jelas-jelas memerlukan energi).
Pada tahap ketiga, kepala S1 mengikatkan diri dengan lemah pada suatu monomer
aktin yang posisinya lebih dekat dengan disk Z dibandingkan dengan monomer
aktin sebelumnya. Pada tahap keempat, Kepala S1 melepaskan Pi yang
mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga afinitas kepala S1 terhadap
aktin membesar. Keadaan itu disebut keadaan transien. Selanjutnya, pada tahap
kelima, hentakan-daya terjadi dan suatu geseran konformasional yang turut
menarik ekor kepala S1 tadi terjadi sepanjang 60 Angstrom menuju disk Z. Lalu,
pada tahap akhir, ADP dilepaskan oleh kepala S1 dan siklus berlangsung lengkap.
Pengaturan untuk Kontraksi Otot
Gerakan otot lurik tentu dibawah komando atau suatu kontrol yang disebut impuls saraf motor.
Gerakan otot lurik tentu dibawah komando atau suatu kontrol yang disebut impuls saraf motor.
a.
Ca2+ mengatur Kontraksi Otot dengan proses
yang ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin
Sejak tahun 1940, ion Kalsium diyakini turut berperan serta dalam pengaturan kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960, Setsuro Ebashi menunjukkan bahwa pengaruh Ca2+ ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin. Ia menunjukkan aktomiosin yang diekstrak langsung dari otot (sehingga mengandung ikatan dengan troponin dan tropomiosin) berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada pula. Kehadiran troponin dan tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas sistem terhadap Ca2+. Di samping itu, subunit dari troponin, TnC, merupakan satu-satunya komponen pengikat Ca2+. Secara molekuler, proses kontraksi (Anonim,2010).
Sejak tahun 1940, ion Kalsium diyakini turut berperan serta dalam pengaturan kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960, Setsuro Ebashi menunjukkan bahwa pengaruh Ca2+ ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin. Ia menunjukkan aktomiosin yang diekstrak langsung dari otot (sehingga mengandung ikatan dengan troponin dan tropomiosin) berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada pula. Kehadiran troponin dan tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas sistem terhadap Ca2+. Di samping itu, subunit dari troponin, TnC, merupakan satu-satunya komponen pengikat Ca2+. Secara molekuler, proses kontraksi (Anonim,2010).
b.
Impuls saraf melepaskan Ca2+ dari
Retikulum Sarcoplasma
Sebuah impuls saraf yang tiba pada sebuah persambungan neuromuskular (sambungan antara neuron dan otot) akan dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sebuah sistem tubula transversal / T. Tubula tersebut merupakan pembungkus-pembungkus semacam saraf pada membran plasma fiber. Tubula tersebut mengelilingi tiap miofibril pada disk Z masing-masing.
Semua sarkomer pada sebuah otot akan menerima sinyal untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan utuh. Sinyal elektrik itu dihantar (dengan proses yang belum begitu dimengerti) menuju retikulum sarkoplasmik (SR). SR merupakan suatu sistem dari vesicles (saluran yang mengandung air di dalamnya) yang pipih, bersifat membran, dan berasaldari retikulum endoplasma. Sistem tersebut membungkus tiap-tiap miofibril hampir seperti rajutan kain. Membran SR yang secara normal non-permeabel terhadap Ca2+ itu mengandung sebuah transmembran Ca2+-ATPase yang memompa Ca2+ kedalam SR untuk mempertahankan konsentrasi [Ca2+] bagi otot rileks. Kemampuan SR untuk dapat menyimpan Ca2+ ditingkatkan lagi oleh adanya protein yang bersifat amat asam yaitu kalsequestrin (memiliki situs lebih dari 40 untuk berikatan dengan Ca2+). Kedatangan impuls saraf membuat SR menjadi permeabel terhadap Ca2+.Akibatnya, Ca2+ berdifusi melalui saluran-saluran Ca2+ khusus menuju interior miofibril, dan konsentrasi internal [Ca2+] akan bertambah. Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu perubahan konformasional dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot terjadi dengan mekanisme “perahu dayung” tadi. Saat rangsangan saraf berakhir, membran SR kembali menjadi impermeabel terhadap Ca2+ sehingga Ca2+ dalam miofibril akan terpompa keluar menuju SR. Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.
Sebuah impuls saraf yang tiba pada sebuah persambungan neuromuskular (sambungan antara neuron dan otot) akan dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sebuah sistem tubula transversal / T. Tubula tersebut merupakan pembungkus-pembungkus semacam saraf pada membran plasma fiber. Tubula tersebut mengelilingi tiap miofibril pada disk Z masing-masing.
Semua sarkomer pada sebuah otot akan menerima sinyal untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan utuh. Sinyal elektrik itu dihantar (dengan proses yang belum begitu dimengerti) menuju retikulum sarkoplasmik (SR). SR merupakan suatu sistem dari vesicles (saluran yang mengandung air di dalamnya) yang pipih, bersifat membran, dan berasaldari retikulum endoplasma. Sistem tersebut membungkus tiap-tiap miofibril hampir seperti rajutan kain. Membran SR yang secara normal non-permeabel terhadap Ca2+ itu mengandung sebuah transmembran Ca2+-ATPase yang memompa Ca2+ kedalam SR untuk mempertahankan konsentrasi [Ca2+] bagi otot rileks. Kemampuan SR untuk dapat menyimpan Ca2+ ditingkatkan lagi oleh adanya protein yang bersifat amat asam yaitu kalsequestrin (memiliki situs lebih dari 40 untuk berikatan dengan Ca2+). Kedatangan impuls saraf membuat SR menjadi permeabel terhadap Ca2+.Akibatnya, Ca2+ berdifusi melalui saluran-saluran Ca2+ khusus menuju interior miofibril, dan konsentrasi internal [Ca2+] akan bertambah. Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu perubahan konformasional dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot terjadi dengan mekanisme “perahu dayung” tadi. Saat rangsangan saraf berakhir, membran SR kembali menjadi impermeabel terhadap Ca2+ sehingga Ca2+ dalam miofibril akan terpompa keluar menuju SR. Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.
c.
Kontraksi Otot Halus (Smooth Muscles)dipicu
oleh Ca2+.
Makhluk hidup
vertebrata memiliki dua jenis otot selain otot lurik yaitu otot cardiac
(kardiak; berhubungan dengan jantung) dan otot halus. Otot cardiac ternyata
juga berlurik-lurik sehingga mengindikasikan suatu persamaan antara otot
cardiac dan otot lurik. Walaupun begitu, otot skeletal (lurik) dan otot cardiac
masih memiliki perbedaan antar sesamanya terutama pada metabolismenya. Otot
cardiac harus beroperasi secara kontinu sepanjang usia hidup dan lebih banyak
tergantung pada metabolisme secara aerobik. Otot cardiac juga secara spontan
dirangsang oleh otot jantung itu sendiri dibanding oleh rangsangan saraf
eksternal (rangsangan volunter). Di samping itu, otot halus berperan dalam
kontraksi yang lambat, tahan lama, dan tanpa melalui rangsang eksternal seperti
pada dinding usus, uterus, pembuluh darah besar. Otot halus disini memiliki
sifat yang sedikit berbeda dibanding otot lurik. Otot halus atau sering
dikatakan otot polos ini berbentuk seperti spindel, tersusun oleh sel sel
berinti tunggal, dan tidak membentuk miofibril. Miosin dari otot halus (protein
khusus secara genetik) berbeda secara fungsional daripada miosin otot lurik
dalam beberapa hal:
-
Aktivitas maksimum ATPase hanya sekitar
10% dari otot lurik
-
Berinteraksi dengan aktin hanya saat
salah satu rantai ringannya terfosforilasi.
-
Membentuk filamen-filamen tebal dengan
cross-bridges yang tak begitu teratur serta tersebar di seluruh panjang filamen
tebal.
Filamen-filamen
tipis otot halus memang mengandung Aktin dan Tropomiosin namun tak seberapa
mengandung Troponin. Kontraksi otot halus tetap dipicu oleh Ca2+ karena miosin
rantai ringan kinase (=myosin light chain kinase / MLCK) secara enzimatik akan
menjadi aktif hanya jika Ca2+-kalmodulin hadir. MLCK merupakan sebuah enzim
yang memfosforilasi rantai ringan miosin sehingga menstimulasi terjadinya
kontraksi otot halus. Proses kontraksi otot halus secara kimiawi. Konsentrasi
intraselular [Ca2+] bergantung pada permeabilitas membran plasma sel otot halus
terhadap Ca2+. Permeabilitas otot halus tersebut dipengaruhi oleh sistem saraf
involunter atau autonomik. Saat [Ca2+] meningkat, kontraksi otot halus dimulai.
Saat [Ca2+] menurun akibat pengaruh Ca2+- ATPase dari membran plasma, MLCK
kemudian dideaktivasi. Lalu, rantai ringan terdefosforilasi oleh miosin rantai
ringan phosphatase dan otot halus kembali rileks.
d.
Aktivitas Otot Halus termodulasi secara
Hormonal
Otot halus juga
memberi tanggapan pada hormon seperti epinefrin.Tahap-tahap kontraksi yang
terjadi pada otot halus ternyata lebih lambat daripada tahap-tahap yang terjadi
untuk otot lurik. Jadi, struktur dan pengaturan kontrol otot halus tepat dengan
fungsi yang diembannya yaitu pengadaan suatu gaya tegang selama rentang waktu
cukup lama namun mengkonsumsi ATP dengan laju konsumsi rendah.
2.6
Perbandingan
Otot Dari Tiap Vertebrata
a.
Pisces
Sistem otot (urat daging): penggerak tubuh, sirip-sirip, insang-organ listrik.
contoh :
Sistem otot (urat daging): penggerak tubuh, sirip-sirip, insang-organ listrik.
contoh :
-
Belut laut
Sistem otot: Tubuh
berupa lingkaran-lingkaran otot yang tersusun sebagai huruf W. Corong bakal
digerakan oleh otot-otot radial. Lidah digerakan oleh otot retraktor dan
protraktor.
-
Ikan hiu
Sistem otot: Otot-otot
di seluruh tubuh secara teratur bersegemen (materik) disebut miotom. Otot-otot
itu bermodifikasi kepala dan di apendiks.
-
Ikan perak
Sistem otot: Otot
tubuh dan ekor terutama terdiri dari miomer-miomer (otot-otot bersegmen) yang
berselang-seling/berganti-ganti tempat dengan vertebra ketika mengadakan
gerakan berenang dan berbalik arah. Miomer-miomer itu secara kasar berbentuk
seperti hurup W dan dirakit menjadi 4 sabuk miomer, yang di sepanjang punggung
merupakan rakitan yang terberat. Antara miomer-miomer itu terdapat jaringan
ikatan yang jika direbus, sabuk-sabuk miomer itu terpisah-pisah menjadi lapisan-lapisan
daging.
b.
Amphibi
Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan mioton primitif, terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar .
Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan mioton primitif, terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar .
c.
Reptilia
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik, walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan rusuk.
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik, walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan rusuk.
d.
Aves
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas.
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas.
e.
Mamalia
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas.
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dalam
makalah ini dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis jaringan di bagi menjadi 3
macam yaitu otot polos, otot jantung, dan otot lurik. Dari ketiga jenis otot
tersebut mempunyai cara kerja yang berbeda. Selain itu, dalam mekanisme
kontraksi otot, terdapat Filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser
saat proses kontraksi, Aktin merangsang Aktivitas ATPase Miosin Model untuk
interaksi Aktin dan Miosin berdasar strukturnya dan Kepala-kepala Miosin
“berjalan” sepanjang filamen-filamen aktin.
0 komentar:
Posting Komentar