Kata
pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
tuhan yang maha kuasa,atas anugerahnya yang telah dilimpahakan,sehingga tugas
ini bisa selesai tepat pada waktunya.kami berharap makalah ini yang mana dengan
materi khusus yaitu,sistem integumen pada hewan vetebrata dan dapat bermanfaat
untuk manambah wawasan dan labih mandalami pengetahuan tantang integumen pada
hewan vetebrata.
Saya mangucapkan terima kasih kepada
bapak Yakobus Bustami,selaku dosen pengampu.saya manyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
pambaca.akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
Sintang
18 Maret 20013
penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A.Latar Belakang
.....................................................................................................................
B.Rumusan
Masalah.................................................................................................................
C.Tujuan
Masalah.....................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................................
A.Fisiologi sistem
integumen....................................................................................................
B. Fungsi
kulit...........................................................................................................................
C.Derivat
kulit.......................... ................................................................................................
D .Integumen Pada
Ikan............................................................................................................
E.Kulit.......................................................................................................................................
F.Lendir.....................................................................................................................................
g.Sisik........................................................................................................................................
H.Pewarnaan
............................................................................................................................
I.Organ Cahaya..........................................................................................................................
J.Kelenjar
Beracun.....................................................................................................................
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................
A.Kesimpulan............................................................................................................................
B.Saran......................................................................................................................................
Daftar pustaka.........................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Integumen(Kulit) merupakan organ yang paling luas
permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai
pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar
ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan
tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya, menjadi pucat, kekuning-kuningan kemerah-merahan atau suhu kulit
meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan
kulit karena penyakit tertentu.
Sistem Integumen terdiri dari kulit yang
sebenarnya dan derivat – derivatnya.gigi pada ikan hiu,scute,keel dan beberapa
tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik
B .Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan sistem
integumen ?
2.Apa
fungsi dari sistem integumen pada hewan vetebrata ?
3.ikan
–ikan apasaja yang memiliki kelenjar beracun ?
4.Apa
saja golongan ikan yang dapat mengeluarkan sumber cahaya ?
5.Bagaimana
bentuk,ukuran,warna pada hewan vetebrata ?
C. Tujuan Masalah
1.Untuk
mengetahui pada pilum chordata apa tipe pada sistem integumen
2.Untuk
mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi kehidupan termasuk pelindung pada musuhnya
3.Utuk
mengetahui lapisan apa saja pada hewan vetebrata
4.Untuk
mengetahui lapisan dermis pada ikan yang bersisik
5.Untuk
mengetahui sisik apa saja yang ditemukan pada golongan ikan teleostei
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM INTEGUMEN
A. Fisiologi Sistem Integumen
Integumen(Kulit) merupakan organ
yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh
sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya
matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme
serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.
Kulit melepisi bagian luar
tubuh,tumbuh dari 2 macam jaringan yaitu epitel dan pengikat penunjang.epitel
menumbuhkan lapisan epidermis (kulit luar)sedangkan jaringan pengikat penunjang
menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam jangat.
Epidermis tumbuh terus ,karena lapisan sel
induk yang berada dilapisan terbawah bermitosis terus. Lapisan terluar
epidermis nanti akan dikelupas atau gugur.epedermis dibina sel-sel epidermis
,dermis dibina terutama atas serat kolagen ,sedikit serat elastis.
B.Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi
yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
a. Fungsi proteksi (melindungi).
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis, misalnya
terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi
(lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar
ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena
adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan
penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut
berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan
tanning (pengobatan dengan asam asetil).
b. Proteksi rangsangan kimia dapat
terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat
kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi
kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil
ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5.
Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah
mati melepaskan diri secara teratur.
c. Fungsi absorbsi (menyerap). Kulit
yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi
tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau
melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
d. Fungsi kulit sebagai pengatur panas (regulasi)
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur
panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu viseral 36-37,5
derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik
dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit
menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga
terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh
darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi,
dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan
cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluh darah kulit. Kulit
kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang
cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada
bayi dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna sehingga terjadi ekstra cairan
karena itu kulit bayi tampak lebih edema karena lebih banyak mengandung air dan
natrium.
e. Fungsi ekskresi.
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum
yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum
(bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat
menyebabkan keasaman pada kulit.
f. Fungsi persepsi. Kulit mengandung
ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan
panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh
dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan
tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.
g. Fungsi pembentukan pigmen. Set
pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh
alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar
matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag.
Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh
tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
h. Fungsi keratinisasi. Keratinosit
dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain akan
berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel
ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan keratonosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan
degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari dan
memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis-fisiologik.
i. Fungsi pembentukan vitamin D.
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
C.Derivat kulit
Ada 2 golongan
derivat kulit menurut tektur dan ontogeninya :
1.bahan tanduk (keratin)
2.bahan tulang (osein)
Derivat berbahan tanduk dihasilkan
atau tumbuh dari epidermis,sedangkan derivat berbahan tulang dihasilkan atau
tumbuh dari dermis,Derivat epidermis banyak yang membenam kedermis,meski pertumbuhanya
berasal dari epidermis juga.bahan tulang selain mengandung protein osein,juga
mengandunng garam mineral,terutama dari senyawa Ca dengan karbonat dan fosfat.
Derivat berbahan tanduk seperti
bulu,kuku,paruh,sisik,duri,tanduk,cula,taji.
Derivat berbahan tulan seperti
sisik,rangka luar,gigi,bagian dalam tanduk.
Sisik ada yang berbahan
tanduk,seperti terdapat pada sisik reptillia,buruing dan beberapa mamalia
(tenggiling) ada pula jenis sisik berbahankan tulang seperti didapat pada sisik
ikan elasmo branchii dan teloestei.
Tanduk pun ada yang berbahnkan
tulang semata ,dan hanya diselaputi kulit di luarnya,seperti dimiliki
ruas.adapula tanduk berbahan kan gabungan antara tanduk dan tulang tanduk
sebelah luar ,tulang sebelah dalam,seperti dimiliki sapi ,kerbau, dan domba.
Bulu ada 2 macam yaitu plumae dan
pili. Plumae adalah blu burung,dan pili adalah bulu mamalia.plumae adalah
anyaman bulu halus membentuk helaian.pili tdaklah berbentuk helaian ataupun
anyaman bulu –bulu halus.tapi merupakan struktur tunggal dan tumbuh tegak dari
permukaan kulit.
D. integumen
pada ikan
Sistem Integumen
terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat – derivatnya.gigi pada ikan
hiu,scute,keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi
dari sisik.sisitem integumen pada ikan,memiliki beberapa fungsi antara lain
:pelindung terhadap gangguan mekanis,fisis ,organis atau penyesuaian diri
terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi kehidupan ya,termasuk pelindung
terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya,kulit juga di gunakan sebagai alat
eksresi dan osmoregulasi dan sebagai
alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.
A.KULIT
Pada
phylum chordata dikenal dua tipe dasar dari integumen ,yaitu tipe invertebrata
dan tipe vetebrata.tipe ada sekalian hewan vetebrata terdiri dari beberapa
lapisan,dengan dua lapisan utama ,yaitu lapisan luar yang di sebut epidermis
dan lapisan dalam yang di sebut dermis.
Lapisan
epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel
–sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya
.epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan.
Gambar 1.
Struktur kulit ikan (Walker and liem ,1994 )
Integumen pada hewan merupakan lapisan
protektif yang menjaga lalu lintas air dan zat –zat yang terlarut di dalamnya
secara bebas.epedermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang di sebut stratum
germinativum (lapisan malphigi ).
Lapisan ini
sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel –sel bagian luar
yang lepas untuk persendian pengembangan tubuh.
Dermis yang di
dalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat memiliki
struktur yang lebih tebal dan sel –sel yang susunanya lebih kompak dari pada
epidermis.
Derivat-derivat
kulit juga di bentuk dalam lapisan ini.lapisan dermis berperan dalam
pembentukan sisik pada ikan yang bersisik, dan derivat –derivat kulit lainya.
B. LENDIR
Umumnya
ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal di
banding dengan ikan yang bersisik.ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan
dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak
didalam epidermis.
Kelenjar ini
akan memperoduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,misalnya pada saat
ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya atau genting dibanding pada saat
keadaan normal.lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia
dapat berenang dengan lebih cepat ,mencegah infeksi dan menutup luka,berperan dalam
osmoregulasisebagai lapisan semipermeabel yang mencegah keluar masuknya air
melalui kulit. pada beberapa ikan.tertentu menggunakan lendir sebagai
perlindungan pada saat terjadi kekeringan,misalnya ikan paru-paru (protopterus)yang
panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan
tiba.beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindunggi telur dari
gangguan luar,misalnya anggot adari genus Trichogaster.
C. SISIK
Bentuk,
ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaiman akehidupan ikan
tersebut.sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam,yaitu sisik
ganoid merupakan sisik besar dan kasar,sisik cycloid dan ctenoid merupakan
sisik yang kecil,tipis atau ringan hingga sisik placoid merupakan sisik yang
lembut.
Umunya tipe ikan
perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras
mempunyai tipe sisik yang lembut,sedangkan ikan –ikan yang hidup diperairan
yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi
umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. .Sisik scycloid berbentuk
bulat,pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid mempunyai bentuk
seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar.Ikan yang bersisik keras
clanoid ditemukan golongan ikan primitive,sedangkan pada ikan yang modern,kekerasan
sisiknya sudah fleksibel.
Hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang di kandungnya.
Sisik dibuat di
dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis.
Ada
beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu
saja.Seperti ‘’padlle fish’’,ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian
operculum ekor.Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea literatis.Ikan
sidat(Anguila) yang terlihat seperti tidak bersisik,sebenarnya bersisik tetapi
sisiknya kecil dan di lapiisi lendir yang tebal.Didalamnya sisik ikan dibedakan
menjadi lima jenis yaitu Placoid,Cosmoid,Ganoid,
Cycloid dan
Ctenoid.
Gambar 2 Type
sisik placoid dan pada ikan hiu
Sisik Placoid
Jenis
sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan
(chondrichthyes)bentuk sisik
tersebut
menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar.sisik macam
ini yang bulat atau bujur sangkar tediri
dari keping basal yang terletaknya terbenam dibagian dermis kulit ,dan suatu
bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis.sisik tersebut
merupakan struktur exoskeleton yang primitivyang mempunyai titik perkembangan
menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes
yang terdiri
atas lempeng dasar,tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak dari sisik ini
(pulpa) berisikan pembuluh darah yang berasal dari dermis.sisik placoid
dibangunkan oleh dentine sehinngga sering di sebut dermal dentine yang
didalamya terdapat rongga pulpa
Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya
ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan
Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar
adalah vitrodentine, yang dilapisi semacamenamel, kemudian cosmine yang
merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhirisopedine yang materialnya
terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah,
sedangkan pada bagian atas tidakterdapat sel-sel hidup yang menutup permukaan.
Tipe sisik ini
ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae .
Gambar 3 Type
sisik ganoid pada family
Latimeriidae
(lobefins)
Sisik Ganoid
Jenis
sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus
(Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar
disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudianlapisan
berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah
isopedine.Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah danbagian atas. Ikan bersisik
type ini adalah antara
lain,
Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan
Polyodontidae.
Gambar 4 Type
sisik ganoid pada family
AAcipenseridae
(sturgeons)
Sisik Cycloid
dan Ctenoid
Sisik
ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada
golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan
berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan
ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii
beberapa baris di bagian posteriornya.
Pertumbuhan pada
tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel
dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan.
Penempelannya
secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan
susunan seperti
genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih
cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna
lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya
mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada
bagian tubuh)
transparan dan
tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah
pada bagian
posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus
merupakan
titik awal
perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
Gambar 5 Type
sisik ctenoid
D. PEWARNAAN
Sel
khusus yang memberikn warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte (leucophore
dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel cermin karena
mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar
tubuh ikan. Warna
pada ikan sangat dipengaruhi olehschemachrome (konfigurasi fisik) dan biochrome
(pigmen pembawa warna). Schemachrome warna putih ditemukan pada rangka,
gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna pelangi
pada sisik, mata dan membrane anus. Sedangkan tergolong ke dalam biochrome
adalah: Carotenoid (kuning, merah dan corak lainnya); chromolipoid (kuning
sampai coklat); indigoid (biru, merah dan hijau); melanin (hitam dan coklat);
flavin (fluoresensi kehijauhijauan);
purin (putih
atau keperak-perakan); pterin (putih, kuning, merah dan jingga).
Ikan-ikan yang
hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang sederhana,
bertingkat dari
keputih-putihan pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian
bawah sampai
warna kebiru-biruan atau kehijauhijauan pada sisi atas dan kehitam-hitaman pada
bagian punggungnya. Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian dasar perutnya
berwarna pucat dan bagian punggungya berwarna gelap. Misalnya pada kelompok
ikan pari dan ikan sebelah. Ikan-ikan yang hidupnya di sekitar karang memiliki
warna yang cerah dan
cemerlang
misalnya ikan-ikan family Chaetodontidae, Achanturidae, Apogonidae dan
sebagainya. Pemiripan
warna secara umum antara ikan dan latar belakangnya baik secara perlahan maupun
cepat merupakan karakteristik dasar ikan untukmenyamai lingkungan atau habitat
mereka berada. Ikan laut memiliki warna tubuh yang bertingkat, di bagian dorsal
berwarna biru, bagian sisi keperak-perakan, dan putih di bagian perut.
Perubahan warna sering terjadi berhubungan dengan kondisi lingkungan
sepertisiang dan malam, musim dan keadaan habitat. Perubahan warna tersebut
diatur oleh intraksi saraf dan hormon. Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya
ikan untuk mengaburkan pandangan terhadap
tubuh ikan. Bila
tubuh permukaan ikanmempunyai garis-garis warna atau corak kontras
yang tidak
teratur, maka garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan pandangan hewan lain.
Pada ikan kupu-kupu (Forcipinger longirostris ) yang hidup di daerah karang
mampu memcahkan warna tubuhnya menjadi bentuk organ tubuh, warna demikian
dipergunakan untuk memecah bentuk atau mengaburkan bentuk asli ikan.
Selain fungsinya
sebagai penyamaran dan penyembunyian, pada beberapa ikan bentuk pewarnaannya
justru cenderung sebagai pemberitahuan. Sejumlah anggota famili
Percidae yang
terdapat di air tawar dan sejumlah famili yang ditemukan di laut memiliki corak
warna yang terang dan cemerlang sebagaipengenalan seksual.
E. ORGAN CAHAYA
Cahaya
yang dihasilkan ikan memiliki fungsi sebagai tanda pengenal individu yang
sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi lingkungan,dan penciri ikan beracun.
Umumnya ikan-ikan yang memiliki organ cahaya hidupnya pada daerah laut dalam
(antara 300 – 1000 m ) dengan warna biru atau biru kehijau-hijauan yang biasa
dikenal dengan bioluminescens. Namun telah ditemukan pula ikan laut yang hidup
di perairan dangkal memiliki organ cahaya
seperti, ikan
leweri batu (Photoblepharon palpebratus) dan ikan leweri air (Anomalops
katopron).
Cahaya yang dikeluarkan berkedapkedip secara teratur yang dikendalikan oleh
organ cahaya
yang keluar masuk suatu kantong pigmen hitam di bawah mata.
Terdapat dua
kelompok ikan berdasarkan sumber cahaya yang dikeluarkannya yaitu,
kelompok ikan
yang cahaya dikeluarkan oleh sel pada kulit ikan itu sendiri (photophore =
potocyt)
misalnya pada golongan elasmobranchii (Etmopterus, Benthobatis dan Spinax) dan
pada golongan ikan teleostei
(Batrachoididae dan Stomiatidae). Kelompok kedua adalah ikan yang mengeluarkan
cahaya dari bakteri yang bersimbiose dengannya, misalnya pada ikan-ikan family
Monocentridae, Gadidae, Leognathidae,Serranidae dan Macroridae. Bakteri yang
dapat mengeluarkan cahaya terdapat di dalam kantungkelenjar epidermis.
Pemantulan cahaya yang dikeluarkan bakteri tersebut diatur oleh jaringan yang
berfungsi sebagai lensa. Pada bagian yang berlawanan dengan lensa terdapat
banyakpigmen yang berfungsi sebagai pemantul.Pemancaran cahaya yang dikeluarkan
oleh
bakteri diatur
oleh kontraksi pigmen yang berfungsi sebagai iris mata.
Pada ikan-ikan
yang hidup di laut dalam,pengeluaran cahayanya mempunyai peranan
dalam pemijahan.
Pada musim pemijahan, ikan jantan berusaha membimbing betina untuk
mencari tempat
yang baik untuk memijah. Cahaya yang dikeluarkan memiliki kekuatan
panjang
gelombang 400-600 mμ yang dapat menerangi sejauh 10 meter. Anglerfishes
(Linophyrin
brevibarbis) yang terdapat di laut dalam mempunyai tentakel yang bercahaya.
Diduga pada
tentakelnya mempunyai kultur bakteri yang terdapat pada kulitnya. Tentakel
yang ujungnya
mempunyai jaringan jaringan yang membesar itu digosokkan di atas kultur bakteri
tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya terbawa oleh tentakel untuk menarik
perhatian
mangsanya.
F. KELENJAR BERACUN
Kelenjar
beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan modifikasi
kelenjar yang mengeluarkan lendir. Ikan-ikan yang kelenjar integumennya
mengandung racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri, menyerang
dan mencari
makanan. Pada
ikan lepu (Synanceia verrucosa dan Pterois volitans) memiliki alat beracun pada
daerah jarijari keras sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut. Umumnya ikan
lepu ini tinggal di dasar perairan yang dangkal berpasir atau berkarang dan
pada daerah terdapat vegetasi lamun. Gerakannya lamban dengan warna permukaan tubuh
yang mirip dengan dasar perairan menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat. Beberapa
jenis dari ikan memiliki racun yang dapat mematikan manusia, misalnya jenis Synanceia
horrida. Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya terdapat pada duri di
ekornya. Duri ini tersusun
dari bahan yang
disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut terdapat
gerigi yang
bengkok ke belakang. Duri tersebut ditandai oleh adanya sejumlah alur dangkal
yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa jaringan kelabu “spongi”,
lembut meluas sepanjang celah yang
berfungsi sebagai jaringan tempat dihasilkannya racun. Ikan baronang (Siganus) memiliki
kelenjar beracun yang terdapat pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 4
jari-jari keras sirip perut dan 7 jari-jari keras sirip dubur.
BAB
111 PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
sistem integumen adalah organ yang paling luas permukaanya,yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Kulit pada manusia mempunyai fungsi
yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
1. Fungsi proteksi (melindungi).
2. Proteksi rangsangan kimia dapat
terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat
kimia dan air
3. Fungsi absorbsi (menyerap).
4. Fungsi kulit sebagai pengatur panas
(regulasi) Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan.
5. Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar
kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme
dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
C.Sistem integumen pada ikan
Sistem
Integumen terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat – derivatnya.gigi pada
ikan hiu,scute,keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan
modifikasi dari sisik.sisitem integumen pada ikan,memiliki beberapa fungsi
antara lain :pelindung terhadap gangguan mekanis,fisis ,organis atau
penyesuaian diri terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi kehidupan ya,termasuk
pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya,kulit juga di gunakan
sebagai alat eksresi dan osmoregulasi
dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.
B.SARAN
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan untuk kita semua,terutama
bagi yang membacanya.walaupun banyak kekurangan dan informasi yang kami dapat
mudah-mudahan bisa menambah ilmu kita.
Daftar
pustaka
Wheeler,l.2000.1993.sistem integumen.jakarta:Balai Pustaka.
Sukarno,et.dasar
–dasar pendidikan sains.jakarta :bhatara,1981
integumen+pada+hewan+vertebrata&oq=makalah+sistem+integumen
pada hewan vertebrata
1997.Sain:Biologi 2b SMU
untuk Kelas 2 Tengah Tahun Ke
dua.Jakarta :Bumi Aksara
0 komentar:
Posting Komentar