KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Yang telah memberikan berkat dan rahmat-NYA kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah dengan judul “SISTEM
EKSKRESI PADA HEWAN VERTEBRATA ”.
Dalam penulisan makalah ini kami
bayak menerima bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak.Pada
kesempatan ini kami tidak lupa mngucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnnya
kepada:
1.
Bapak
Yakobus Bustami, S.Si, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Struktur Hewan
2.
Orang
tua kami yang telah memberikan bantuan materiil dan spirtual.
Penyusunan
makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun. Namun,
hanya lebih pendekatan pada study banding atau membandingkan beberapa materi
yang sama dari berbagai referensi.
Semoga makalah
ini bisa menjadi member tambahan pada hal yang terkait dengan Kepentingan
Pendidikan Biologi, khususnya Struktur Hewan yang membahas Sistem
Ekskresi.
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif
sangat Kami harapkan dari pembaca guna
peningkatan dan perbaikan pada pembuatan Makalah mendatang.
Sintang,12 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................
ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................................... iii
B.
Perumusan Masalah............................................................................. iv
C.
Tujuan penulisan.................................................................................. iv
Bab II Pembahasan
Sistem
ekskresi pada hewan vertebrata..................................................... 1
A. Sistem
ekskresi pada manusia............................................................. 2
1. Ginjal
.............................................................................................. 2
a.
Struktur Ginjal......................................................................... 4
b.
Proses-Proses
Didalam Ginjal.................................................
2. Paru
- Paru..................................................................................... 6
3. Hati
.................................................................................................
4. Kulit
................................................................................................
B. Sistem
Ekskresi Pada Pisces................................................................ 7
C. Sistem
Ekskresi Pada Amfibi..............................................................
D. Sistem
Ekskresi Pada Reptil................................................................
E. Sistem
Ekskresi Pada Aves..................................................................
F. Sistem
Ekskresi Pada Mamalia...........................................................
Bab III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................... 20
B.
Kritik dan saran................................................................................... 21
Daftar Pustaka.............................................................................................
22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ekskresi
merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3,
zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan
sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi
merupakan proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme bersel
satu, produk buangan dikeluarkan secara langsung melalui permukaan sel. Sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen ialah amonia (NH3), urea dan asam urat.
Bahan tersebut berasal dari hasil perombakan protein, purin, dan pirimidin.
Amonia
dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan bahan yang
sangat beracun dan merusak sel. Hewan - hewan yang mengekskresikan amonia
disebut amonotelik.
Bagi hewan
yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya jika di
timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera
di rubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya
yaitu dalam bentuk urea dan asam urat.
Kebanyakan
mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan urea dan hewan-hewan tersebut dapat
disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan diekskresikan dalam cairan
yang disebut urine. Pada pisces, amfibi, reptil, aves dan mamalia yang
diekskresikan berbentuk padat bersama kotoran.
Air dalam
urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk penghematan.
Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai organ penting pada ekskresi sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen.
Organisme
multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. Alat ekskresi pada
manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari system eksresi?
2.
Bagaimana proses system eksresi
pada hewan vertebrata?
C.
TUJUAN PENULISAN
Untuk
mengetahui arti dari system eksresi dan
Bagaimana proses system eksresi pada hewan vertebrata.
BAB
II
PEMBAHASAN
SISTEM
EKSKRESI PADA HEWAN VERTEBRATA
A.
SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ
paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ
tersebut adalah ginjal.
Gbr. Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa
ginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat
ginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat
1.
Ginjal
Fungsi utama
ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen
misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam
garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus.
Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan,
misalnya vitamin yang larut dalam air, mempertahankan cairan
ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan, serta mempertahankan keseimbangan asam
dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin.
a. Struktur Ginjal
Bentuk ginjal seperti kacang merah,
jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di
daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan
panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang
mengalir menuju ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama
yaitu:
Ø Korteks(bagianluar)
Ø Medulla(sumsumginjal)
Ø Pelvis renalis (rongga ginjal).
Bagian korteks ginjal
mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal
menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron
terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan
Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau
piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus.
Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi
adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding
sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah
tubulus distal.
Gbr. Ginjal terletak di dorsal pinggang berjumlah sepasang
Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal
Pada rongga ginjal bermuara
pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa
saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing
menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.
b. Proses – Proses di Dalam Ginjal
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses
meliputi filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
1) Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler
glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium
kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan.
Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus
terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar
protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam
amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati
saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer)
yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada
filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium,
dan garamgaram lainnya.
2) Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1%
dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan
direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna
seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari
178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi
maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang komposisinya sangat berbeda
dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak
akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat
mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus
ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi,
sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus
proksimal dan tubulus distal.
3) Augmentasi
Augmentasi adalah proses
penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.
Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5%
urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi
warm dan bau pada urin.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin yaitu hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian
tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon
ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan
encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin
sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti
diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya
urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
a) Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein
yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi
kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b) Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal
akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus
berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c) Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang
(penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat
tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses
penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
2.
Paru-paru (Pulmo)
Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat
pernapasan. Akan tetapi, karena mengekskresikan zat Sisa metabolisme maka
dibahas pula dalam sistem ekskresi. Karbon dioksida dan air hash metabolisme di
jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari
jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya,
H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru
karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.
Karbon dioksida dari jaringan sebagian
besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan
sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02).
3.
Hati ( Hepar )
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di
samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian
dari sistem ekskresi karma menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak
hemoglobin menjadi bilirubin, dap dan biliverdin. Dap setelah mengalami
oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi
kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil pemecahan protein, pembuangannya
diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal.
Jika saluran empedu tersumbat karena
adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran
darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut
mengalami sakit kuning.
4.
Kulit ( Cutis )
Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi
karena mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang
mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu
pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam
mengeluarkan keringat.
Keringat mengandung air, larutan garam,
dap urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan
hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot
dan pingsan.
Selain berfungsi mengekskresikan keringat,
kulit juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran,
serangan kuman, penguapan, sebagai organ penerima rangsang (reseptor), serta
pengatur suhu tubuh.
Kulit terdiri atas dua bagian utama yaitu: epidermis dan dermis.
a.
Epidermis (lapisan terluar) dibedakan lagi
atas:
Ø Stratum korneum berupa zat
tanduk (sel mati) dan selalu mengelupas
Ø Stratum Lusidum
Ø Stratum granulosum yang
mengandung pigmen
Ø Stratum germinativum ialah
lapisan yang selalu membentuk sel-sel kulit ke arah luar.
b. Dermis
Pada bagian ini terdapat akar rambut, kelenjar minyak, pembuluh darah,
serabut saraf, serta otot penegak rambut.
Kelenjar keringat akan
menyerap air dan garam mineral dari kapiler darah karena letaknya yang
berdekatan. Selanjutnya, air dan garam mineral ini akan dikeluarkan di
permukaan kulit (pada pori) sebagai keringat. Keringat yang keluar akan
menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh akan tetap.
Dalam kondisi normal, keringat
yang keluar sekitar 50 cc per jam. Jumlah ini akan berkurang atau bertambah jika
ada faktor-faktor seperti berikut : suhu lingkungan yang tinggi, gangguan dalam
penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal), kelembapan udara, aktivitas tubuh
yang meningkat sehingga proses metabolisme berlangsung lebih cepat untuk
menghasilkan energi, gangguan emosional, dan menyempitnya pembuluh darah akibat
rangsangan pada saraf simpatik.
B. SISTEM EKSKRESI PADA PISCES ( IKAN )
Gambar : Sistem ekskresi pada ikan.
Sistem
ekskresi pada hewan vertebrata selalu
berhubungan dengan ginjal. Begitu pula sistem ekskresi pada ikan. Ikan memiliki
ketersediaan air yang mencukupi dan dapat mengekskresikan limbah nitrogen tanpa
merusak
jaringan tubuh. Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal. Ginjal ini
dilengkapi urethra, yang saluran keluarnya menyatu dengan saluran kelamin,
sehingga disebut saluran urogenitalis.
Alat ekskresi ikan air laut dan ikan
air tawar adalah sama yaitu ginjal. Hanya saja proses ekskresinya berbeda. Ikan
air tawar bersifat hipertonik
terhadap lingkungannya. Karena itu ikan air tawar sedikit minum air namun
banyak mengeluarkan urine. Air yang
masuk kedalam insang secara osmosis akan
meninggalkan amonia dalam jumlah besar yang kemudian di ekskresi dalam benyuk
urine hipotonik dalam jumlah besar. Ini di maksudkan untuk menjaga keseimbangan
air di dalam tubuh dengan tekanan air dari lingkungannya.
Sedangkan ikan air laut banyak minum
dengan sedikit mengeluarkan urine. Karena air laut dapat mengalami kehilangan
air melalui insang. Hal ini terjadi karena kosentrasi garam di dalam tubuh ikan lebih rendah dari
lingkungannya. Untuk menjaga keseimbangan kadar garam antara tubuh dan
lingkungan, ikan air laut harus banyak minum. Garam yang di serap oleh usus di
bawah darah ke insang untuk di ekskresikan oleh membran insang.
Mekanisme eksresi ikan air tawar
berbeda dengan ikan air laut. Ikan air tawar mengeksreksi ammonia dan aktif
menyerap ion anorganik melalui insang serta mengeluarkan urine dalam jumlah
besar. Sebalknya pada air laut mengeksresksikan sampah nitrogen berupa trimetilamin
oksida (TMO), mengekresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urine
sedikit.
C.
SISTEM
EKSKRESI PADA AMFIBI
Gambar : Sistem ekskresi pada amfibi
Saluran ekskresi pada katak yaitu
ginjal, paru-paru, dan kulit.
Saluran ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan, pada katak
jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal, sedangkan pada
katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun begitu alat lainnya bermuara
pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka.
D.
SISTEM
EKSKRESI PADA REPTIL
Gambar : Sistem ekskresi pada reptil
Sistem ekskresi pada reptil berupa
ginjal, paru-paru, kulit dan
kloaka. Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil
metabolisme. Reptil yang hidup di darat sisa
hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan
setengah padat berwarna putih.
E.
SISTEM
EKSKRESI PADA AVES ( BURUNG )
Gambar : Sistem ekskresi pada aves
Alat pengeluaran pada burung berupa
paru-paru, hati, ginjal, dan kulit. Saluran
ginjal, saluran kelamin, dan saluran pencernaan bermuara pada sebuah lubang yang
disebut kloaka. Burung menghasilkan kelenjar minyak yang terdapat pada ujung
ekornya. kelenjar ini menghasilkan minyak untuk membasahi bulu-bulunya
F.
SISTEM
EKSKRESI PADA MAMALIA
Gambar : Sistem ekskresi pada mamalia
Sistem Ekskresi pada mamalia hampir
sama dengan manusia tetapi sedikit berbeda karena mamalia
dipengaruhi/disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya.
Paru-paru mamalia mempunyai
permukaan ber-spon (spongy
texture) dan dipenuhi liang epitelium dengan itu mempunyai luas permukaan per
isipadu yang lebih luas berbanding luas permukaan paru-paru. Paru-paru manusia
adalah contoh biasa bagi paru-paru jenis ini.
Paru-paru terletak di dalam rongga
dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur bertulang tulang selangka
dan diselaputi karung dwi dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan karung dalam
melekat pada permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar melekat pada
dinding rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang
dikenali sebagai rongga pleural yang berisi cecair pleural ini membenarkan
lapisan luar dan dalam berselisih sesama sendiri, dan menghalang ia daripada
terpisah dengan mudah.
Bernafas kebanyakannya dilakukan
oleh diafragma di bawah, otot yang mengucup menyebabkan rongga di mana
paru-paru berada mengembang. Sangkar selangka juga boleh mengembang dan
mengucup sedikit.
Ini menyebabkan udara tetarik ke dalam dan keluar dari
paru-paru melalui trakea dan salur bronkus (bronkhial tubes) yang bercabang dan
mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil dikelilingi oleh kapilari yang
dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap masuk ke dalam darah, di mana oksigen
akan d angkut melalui hemoglobin.
Darah tanpa oksigen dari jantung memasuki paru-paru
melalui pembuluh pulmonari dan lepas dioksigenkan, kembali ke jantung melalui
salur pulmonari.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ekskresi
merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3,
zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan
sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya.
Ekskresi merupakan proses yang ada pada semua bentuk kehidupan.
Secara umum, sistem ekskresi
menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan
penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem
ekskresi secara
fungsional berfungsi mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam
tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum.
.
B.
SARAN
Dengan mengetahui proses sistem
ekskresi, semoga kita bisa lebih menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan
kita sehari-hari. Sehingga kita bisa merawat sistem ekskresi kita dengan baik,
karena tubuh kita rentan sekali terkena kelainan yang telah disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
http://alhasyi.blogspot.com/2012/06/sistem-ekskresi-pada-manusia.html
0 komentar:
Posting Komentar