Kamis, 03 Juli 2014

Laporan Praktikum Tentang Sistem Saraf Pada Katak

Standard

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (disebut refleks kranial) atau medula spinalis (disebut refleks spinal) lewat saraf motorik kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan  refleks otot polos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali ikut memberikan pertimbangan dalam refleks spinal.
Refleks terjadi lewat suatu lintasan tertentu, disebut lengkung refleks, dengan komponen:  reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (di dalam otak dan medula spinalis), neuron motorik dan efektor. Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan lebih dari satu neuron penghubung.
Kegiatan ini berdasarkan pada beberapa prinsip:
1.
Pada umumnya kerusakan pada sistem saraf pusat menyebabkan kelumpuhan  sementara semua refleks yang dikendalikan oleh otak dan medula spinalis. Kondisi akibat kerusakan otak disebut neural shock, sedangkan kondisi kerusakan medula spinalis ini disebut spinal shock yang lamanya tergantung pada kerumitan sistem saraf suatu organisme.
2.
Kerusakan salah satu komponen lengkung refleks dapat menyebabkan hilangnya refleks tertentu.

B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui:
1)      Macam macam refleks yang dikendalikan oleh otak.
2)      Macam macam refleks yang dikendalikan oleh medula spinalis.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan selpenyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantaraneuron dari sistem safaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susmsum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifatakson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrata.
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
A.    Neuron sensorik (neuron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya.
B.     Neuron Motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor.
C.     Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang lainnya.
D.    Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak. (Idel,antoni.2000:211)





BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
            Hari / tanggal : Kamis, 19 Juni 2014
            Pukul               : 08:00 - selesai
            Tempat            : Lab. Fisika Kimia STKIP Persada Khatulistiwa Sintang.
B. Alat dan Bahan
            Papan dan alat seksi, aquarium, lampu spiritus, thermometer, gelas piala 600 cc, alat penghitung, kapas, air hangat, dan katak.
C. Cara Kerja
1. Katak Normal
a.
Letakkan katak dengan posisi normal pada papan, amati posisi kepala, mata dan anggota geraknya. Sentuh kornea matanya dengan kapas, apa yang terjadi?
b.
Hitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung gerakan kulit pada rahang.
c.
Amati keseimbangan dengan cara:

-
Letakkan katak dalam posisi terlentang pada papan.putarlah papan secara horizontal, amati posisi dan gerakan kepala, mata, dan anggota geraknya.

-
Miringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit terangkat. Apa yang terjadi?
d.
Masukkan katak ke dalam aquarium berisi air, amati cara berenangnya.
e.
Keluarkan katak dari aquarium, letakkan pada papan pada posisi normal.
f.
Cubit jari kaki dengan pinset, apa yang terjadi?
g.
Masukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu kamar) kemudian panaskan. Pada suhu berapa katak bereaksi?
h.
Masukkan  jari kaki yang lain ke dalam air panas ± 800 C. Apa yang terjadi?


2. Katak spinal (katak yang sudah mengalami pengrusakan otak)
a.
Rusak otak katak dengan single pithing, istirahatkan katak selama 5-6 menit untuk menghilangkan neural shock
b.
Berikan perlakuan seperti katak normal. Amati refleks yang terjadi!

3. Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak dan medula spinalis
a.
Rusak medula spinalis dengan double phithing, istirahatkan selama 5-6 menit.
b.
Berikan perlakuan seperti katak normal. Amati refleks yang terjadi!























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
ü  Katak yang masih normal diletakan pada papan kemudian diamati posisi kepala, mata dan anggota geraknya. Ketika kornea matanya disentuh dengan kapas matanya berkedip.
ü  Gerakan kulit pada rahang bawah kurang lebih 90 x permenit.
ü  Katak diletakan pada posisi terlentang matanya tidak berkedip dan anggota geraknya berusaha membalikan badannya pada posisi semula.
ü  Kepala katak sedikit terangkat membuat anggota geraknya tidak bergerak.
ü  Katak dimasukan kedalam bak berisi air dan dia pun berenang dimana tungkai depan mengayuh kesamping, tungkai belakang mengayuh sambil memberikan dorongan, punggungnya datar dan kepalanya mendongak kepermukaan air.
ü  Katak dikeluarkan dari air kemudian diraba otot kakinya, ternyata ototnya kenyal dan terasa terik.
ü  Katak diletakan pada posisi normal, kemudian tarik salah satu kakinya kebelakang dan otot kakinya terasa keras.
ü  Jari kaki katak dicubit dengan pinset sehingga katak meronta, artinya katak merespon rangsangan yang diberikan.
ü  Katak bereaksi lamban pada suhu 44O C ketika kakinya dimasukan pada air yang dipanaskan.
ü  Ketika kaki katak dimasukan kedalam air panas dengan suhu 80o C katak bergerak refleks dan menjauhkan kakinya dari air panas. 
ü  Kemudian pada katak spinal yang sudah mengalami perusakan pada otaknya matanya tidak berkedip, gerakan pada kulit rahang bawah sekitar 63 gerakan permenit, anggota tubuhnya tidak cepat bergerak. Refleksnya relatif lambat daripada katak yang masih normal.
Intinya, Terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak yang telah dirusak pada otaknya. Akan tetapi katak yang dirusak otaknya tetap masih dapat memberikan respon yang lambat.
B. Pembahasan
            Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan. Katak dapat merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus keotak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar.
            Pada katak normal yang diberikan hambatan maka pergerakan pada katak akan terhambat, hal ini dikarenakan oleh alat gerak katak yang telah dihambat dengan mengikatnya dengan tali pada saat praktikum. Pada katak yang diperlakuan dengan merusak sistem saraf otaknya, maka respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa pada katak normal, rangsang yang diberikan menghasilkan respon yang normal pula. Namun terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak yang telah didekapitasi. Akan tetapi katak yang didekapitasi masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena jantung katak bersifat neurogenik sehingga katak masih mampu memberikan respon.







BAB V
KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil dari praktikum yang kami laksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
ü  Katak normal menunjukkan reaksi yang normal tehadap semua perlakuan atau rangsangan.
ü  Terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak yang telah didekapitasi. Akan tetapi katak yang didekapitasi masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena jantung katak bersifat neurogenik sehingga katak masih mampu memberikan respon.
ü  Apabila katak diberikan rangsangan berupa cubitan maka katak akan melakukan gerak refles yang berlawanan dengan arah rangsangan (HETEROLATERAL).







0 komentar:

Posting Komentar