Selasa, 16 September 2014

Prosedur manajemen kelas

Standard

                                                            BAB 2. PEMBAHASAN

2.1              Prosedur Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.  Tindakan yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan manajemen kelas perlu dilaksanakan secara sistematis berdasar atas langkah-langkah yang sudah ditentukan. Apabila seorang guru melakukan kegiatan manajemen kelas dengan atau melalui langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas.
Jadi prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan lagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas mengacu kepada:
1.Tindakan pencegahan (preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi belajar yang menguntungkan, dan
2.    Tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi optimal dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung (M. Entang dan T.Raka Joni, 1983:15; Depdikbud, 1983:99)
Mengacu kepada dua tindakan pada manajemen kelas tersebut maka tindakan manajemen kelas juga dapat menjurus kepada tindakan manajemen dimensi pencegahan dan tindakan manajemen dimensi kuratif.

2.2    Dimensi-dimensi Manajemen Kelas
Dimensi-dimensi manajemen kelas dibagi menjadi dua:
.1    Dimensi pencegahan (preventif)
Merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu pengertian lain dari dimensi pencegahan ialah pemberian bantuan kepada individu/murid sebelum ia menghadapi persoalan secara serius. Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang positif terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah, termasuk pengajaran yang menyenangkan.
Dengan demikian, maka prosedur pencegahannya merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh guru dalam rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung berlangsungnya proses pembelajaran. Jadi prosedur dalam dimensi pencegahan adalah berupa langkah-langkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan peserta didik secara individual maupun kelompok yang dapat berupa kegiatan.Contoh berupa fungsi informasi.

2.2.2    Dimensi kuaratif
Merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Pengertian lain dari dimensi ini adalah usaha bantuan yang diberikan kepada murid selama atau setelah murid mengalami persoalan serius. Tujuan bantuan ini adalah agar murid yang bersangkutan terbebas dari kesulitan-kesulitan tersebut.
Dalam hal ini guru berusaha untuk menumbuhkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat dan akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dapat dipertanggung jawabkan.

                            Aplikasi Dimensi-Dimensi Manajemen Kelas
2.3.1    Dimensi Preventive
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas.Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah manajemen kelas harus melakukan langkah-langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun langkah-langkah pencegahannya adalah sebagai berikut:
1.    Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Sikap guru terhadap kegiatan profesinya akan banyak mempengaruhi terciptanya kondisi belajar mengajar atau menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.
Oleh karena itu, langkah utama dan pertama yang strategis dan mendasar dalam kegiatan pengelolaan kelas adalah "Peningkatan kesadaran diri" sebagai guru. Apabila seorang guru sadar akan profesinya sebagai guru pada gilirannya akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang demokratis tidak otoriter, menunjukan kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa. Sikap demikian pada akhirnya akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon yang positif dari siswa sekolah dasar.
2.    Peningkatan kesadaran siswa
Meningkatkan kesadaran diri sebagai guru tidak akan ada artinya tanpa diikuti meningkatnya kesadaran siswa sebab apabila siswa tidak atau kurang memiliki kesadaran terhadap dirinya tidak akan terjadi interaksi yang positif dengan guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Pada akhimya dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka belajar mengajar. Kurangnya kesadaran siswa terhadap dirinya ditandai dengan sikap yang mudah marah, mudah tersinggung, mudah kecewa, dan sikap tersebut akan memungkinkan siswa melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji.
Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya sikap negatif tersebut guru harus berupaya meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan sebagai berikut:
a)    Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota kelas.
b)   Memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswa.
c)    Menciptakan suasana adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.
3.    Sikap Polos dan Tulus dari Guru
Guru dituntut untuk bersikap polos dan tulus, artinya guru dalam tindakan dan sikap keseharian selalu "Apa adanya" tidak berpura-pura. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon dan diberikan reaksi oleh para peserta didik. Kalau stimulus itu positif maka respon yang diberikan juga akan positif. Sebaliknya jika stimulus yang diberikan negatif maka respon yang diberikan adalah negatif.
Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik. Tindakan dan sikap demikian akan memberikan rangsangan positif bagi siswa, khususnya siswa sekolah dasar dan siswa akan memberikan respon atau reaksi positif. Penciptaan suasana sosioemosional di dalam kelas akan banyak dipengaruhi oleh polos tidaknya dan tulus tidaknya sikap guru yang pada gilirannya akan berpengaruh penciptaan kondisi lingkungan yang optimal dalam rangka proses belajar mengajar.

4.    Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Langkah ini mengharuskan guru agar mampu:
a)    Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat individual atau kelompok. Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja dilakukan siswa sekolah dasar yang tujuannya hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya.
b)   Mengenal berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai dengan situasi atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya apabila pilihan pertama mengalami kegagalan.
c)    Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga dirinya mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem pengelolaan manajemen kelas di sekolah dasar.
5.    Menciptakan "kontrak sosial"
Kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan "Standar tingkah laku" yang diharapkan dan memberikan gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Dengan kata lain "Standar tingkah laku yang memadai dalam situasi khusus".
Suatu persetujuan umum tentang bagaimana sesuatu dibuat, tindakan sehari-hari yang bagaimana yang diperbolehkan. Standar tingkah laku ini tidak membatasi kebebasan siswa akan tetapi merupakan tindakan pengarahan ke arah tingkah laku yang memadai atau yang diharapkan dalam beberapa situasi.
Standar tingkah laku harus melalui "Kontrak sosial" dengan siswa. Dalam arti bahwa aturan yang berkaitan dengan nilai atau norma yang turun dari atasan (guru/sekolah) tidak timbul dari bawah akan mengakibatkan aturan tersebut kurang dihormati atau ditaati, sehingga perumusannya perlu dibicarakan atau disetujui bersama oleh guru dan siswa.
Kebiasaan yang terjadi dewasa ini aturan-aturan sebagai "Standar tingkah laku" berasal dari atas, siswa hanya menerima apa adanya dan tidak punya pilihan lain. Kondisi demikian akan memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas karena siswa tidak merasa membuat serta memiliki peraturan sekolah yang ada. Kelima langkah tersebut digambarkan pada diagram sebagai berikut.

Dimensi Kuratif
a.    Mengidentifikasi masalah; Pada langkah pertama ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru harus dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui siswa yang melakukan penyimpangan tersebut.
b.    Menganalisa masalah; Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa penyimpangan tersebut dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada penyimpangan itu. Setelah diketahui sumber penyimpangan guru kemudian melanjutkan usahanya untuk menentukan alternatif-alternati penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan tersebut.
c.    Menilai alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu alternatif pemecahan Pada langkah ketiga ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih alternatif berdasarkan sejumlah alternatif pemecahan masalah yang telah disusun. Artinya alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan tersebut.
d.   Melaksanakan alternatif yang telah ditetapkan Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan alternatif tersebut.
e.    Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimaksud. Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk mendapatkan data yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan atau bahkan terjadi perkembangan baru yang lebih baik, semua ini merupakan dasar untuk melakukan perbaikan program.Kegiatan kilas balik seperti itu dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan peserta didik. Dengan pertemuan tersebut perlu dijelaskan tujuan peetemuan dan manfaat pertemuan. Manfaat pertemuan perlu dijelaaskan karena untuk memberikan kesadaran pada peserta didik bahwa pertemuan yang dilakukan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata- mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah. Selain itu perlu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tersebut. Tunjukkan kepada peserta didik bahwa guru bukan orang yang sempurna atau tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara peserta didik diperoleh kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama. Informasi yang diperoleh dari balikan ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar melakukan perbaikan program.




























                                                                          BAB 3. PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijabarkan pada bab 2 dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1.    Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
2.    Dimensi-dimensi manajemen sekolah
a.     Dimensi Pencegahan (preventif)
Dimensi pencegahan ialah pemberian bantuan kepada individu/murid sebelum ia menghadapi persoalan secara serius. Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang positif terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah, termasuk pengajaran yang menyenangkan.
b.    Dimensi Kuratif
Merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Pengertian lain dari dimensi ini adalah usaha bantuan yang diberikan kepada murid selama atau setelah murid mengalami persoalan serius. Tujuan bantuan ini adalah agar murid yang bersangkutan terbebas dari kesulitan-kesulitan tersebut.
















3.    Aplikasi dimensi manajemen kelas pada sekolah dasar
1)   Dimensi Preventif
a.    Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
b.    Peningkatan kesadaran siswa
c.    Sikap polos dan tulus dari guru
d.   Mengenal dan menemukan alternative pengelolaan
e.    Menciptakan kontrak sosial
2)   Dimensi Kuratif
a.    Mengidentifikasi masalah
b.    Menganalisa masalah
c.    Menilai alternatif-alternatif pemecahan
d.   Melaksanakan alternatif yang telah ditetapkan
e.    Mendapat balikan

3.2 Saran
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penerapan dimensi-dimensi manajemen kelas pada sekolah dasar maka tindakan yang dilakukan guru perlu dilaksanakan secara sistematis berdasar atas langkah-langkah yang sudah ditentukan. Apabila seorang guru melakukan kegiatan manajemen kelas dengan atau melalui langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas.


                                                      DAFTAR PUSTAKA


Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang: Depdikbud Ditjen Dikti.

Masyhud, M. Sulthon. Manajemen Profesi Kependidikan. Jember: LPMPK.

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. (1995). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta


Suharsini Arikunto. (1992). Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.





0 komentar:

Posting Komentar