BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
Prosedur Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan suatu
tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang
efektif. Tindakan yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan manajemen
kelas perlu dilaksanakan secara sistematis berdasar atas langkah-langkah yang
sudah ditentukan. Apabila seorang guru melakukan kegiatan manajemen kelas
dengan atau melalui langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah
melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas.
Jadi prosedur manajemen kelas adalah
serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan lagi terciptanya
kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas mengacu kepada:
1.Tindakan pencegahan (preventif) dengan
tujuan menciptakan kondisi belajar yang menguntungkan, dan
2. Tindakan
korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang
dapat mengganggu kondisi optimal dari proses pembelajaran yang sedang
berlangsung (M. Entang dan T.Raka Joni, 1983:15; Depdikbud, 1983:99)
Mengacu kepada dua tindakan pada
manajemen kelas tersebut maka tindakan manajemen kelas juga dapat menjurus
kepada tindakan manajemen dimensi pencegahan dan tindakan manajemen dimensi
kuratif.
2.2 Dimensi-dimensi
Manajemen Kelas
Dimensi-dimensi manajemen kelas dibagi
menjadi dua:
.1 Dimensi
pencegahan (preventif)
Merupakan tindakan guru dalam
mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat
sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu pengertian lain dari dimensi
pencegahan ialah pemberian bantuan kepada individu/murid sebelum ia menghadapi
persoalan secara serius. Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang
positif terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah,
termasuk pengajaran yang menyenangkan.
Dengan demikian, maka prosedur
pencegahannya merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh guru dalam
rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung
berlangsungnya proses pembelajaran. Jadi prosedur dalam dimensi pencegahan
adalah berupa langkah-langkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan
suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan perkembangan
tuntutan dan kebutuhan peserta didik secara individual maupun kelompok yang
dapat berupa kegiatan.Contoh berupa fungsi informasi.
2.2.2 Dimensi
kuaratif
Merupakan tindakan terhadap tingkah
laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak
berlarut-larut. Pengertian lain dari dimensi ini adalah usaha bantuan yang
diberikan kepada murid selama atau setelah murid mengalami persoalan serius.
Tujuan bantuan ini adalah agar murid yang bersangkutan terbebas dari
kesulitan-kesulitan tersebut.
Dalam hal ini guru berusaha untuk
menumbuhkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat dan akan menimbulkan
kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan
yang direncanakan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Aplikasi
Dimensi-Dimensi Manajemen Kelas
2.3.1 Dimensi
Preventive
Tindakan pencegahan adalah tindakan
yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu
kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.Keberhasilan dalam tindakan
pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen
kelas.Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah manajemen
kelas harus melakukan langkah-langkah yang efektif dan efisien untuk jangka
pendek maupun jangka panjang.
Adapun langkah-langkah pencegahannya
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru
Sikap guru terhadap kegiatan
profesinya akan banyak mempengaruhi terciptanya kondisi belajar mengajar atau
menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.
Oleh karena itu, langkah utama dan
pertama yang strategis dan mendasar dalam kegiatan pengelolaan kelas adalah
"Peningkatan kesadaran diri" sebagai guru. Apabila seorang guru sadar
akan profesinya sebagai guru pada gilirannya akan meningkatkan rasa tanggung
jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri
sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang demokratis tidak otoriter,
menunjukan kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa. Sikap demikian
pada akhirnya akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon yang
positif dari siswa sekolah dasar.
2. Peningkatan
kesadaran siswa
Meningkatkan kesadaran diri sebagai
guru tidak akan ada artinya tanpa diikuti meningkatnya kesadaran siswa sebab
apabila siswa tidak atau kurang memiliki kesadaran terhadap dirinya tidak akan
terjadi interaksi yang positif dengan guru dalam setiap kegiatan belajar
mengajar. Pada akhimya dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka belajar
mengajar. Kurangnya kesadaran siswa terhadap dirinya ditandai dengan sikap yang
mudah marah, mudah tersinggung, mudah kecewa, dan sikap tersebut akan
memungkinkan siswa melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji.
Untuk menanggulangi atau mencegah
munculnya sikap negatif tersebut guru harus berupaya meningkatkan kesadaran
siswa melalui tindakan sebagai berikut:
a) Memberitahukan kepada siswa tentang
hak dan kewajiban siswa sebagai anggota kelas.
b) Memperhatikan kebutuhan dan
keinginan siswa.
c) Menciptakan suasana adanya saling
pengertian yang baik antara guru dan siswa.
3. Sikap Polos dan Tulus dari Guru
Guru dituntut untuk bersikap polos
dan tulus, artinya guru dalam tindakan dan sikap keseharian selalu "Apa
adanya" tidak berpura-pura. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat
mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan
tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon dan diberikan reaksi oleh
para peserta didik. Kalau stimulus itu positif maka respon yang diberikan juga
akan positif. Sebaliknya jika stimulus yang diberikan negatif maka respon yang
diberikan adalah negatif.
Sikap hangat, terbuka, mau
mendengarkan harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan
memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta
didik. Tindakan dan sikap demikian akan memberikan rangsangan positif bagi
siswa, khususnya siswa sekolah dasar dan siswa akan memberikan respon atau
reaksi positif. Penciptaan suasana sosioemosional di dalam kelas akan banyak
dipengaruhi oleh polos tidaknya dan tulus tidaknya sikap guru yang pada
gilirannya akan berpengaruh penciptaan kondisi lingkungan yang optimal dalam
rangka proses belajar mengajar.
4. Mengenal dan menemukan alternatif
pengelolaan
Langkah ini mengharuskan guru agar
mampu:
a) Mengidentifikasi berbagai
penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat individual atau kelompok.
Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja dilakukan siswa sekolah dasar
yang tujuannya hanya
sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya.
b) Mengenal berbagai pendekatan dan
pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai dengan situasi atau menggantinya
dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya apabila pilihan pertama mengalami
kegagalan.
c) Mempelajari pengalaman guru-guru
lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga dirinya mempunyai alternatif
yang bervariasi dalam berbagai problem pengelolaan manajemen
kelas di sekolah dasar.
5. Menciptakan "kontrak
sosial"
Kontrak sosial pada dasarnya
berkaitan dengan "Standar tingkah laku" yang diharapkan dan
memberikan gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya untuk memenuhi
tuntutan dan kebutuhan sekolah. Dengan kata lain "Standar tingkah laku
yang memadai dalam situasi khusus".
Suatu persetujuan umum tentang
bagaimana sesuatu dibuat, tindakan sehari-hari yang bagaimana yang
diperbolehkan. Standar tingkah laku ini tidak membatasi kebebasan siswa akan
tetapi merupakan tindakan pengarahan ke arah tingkah laku yang memadai atau
yang diharapkan dalam beberapa situasi.
Standar tingkah laku harus melalui
"Kontrak sosial" dengan siswa. Dalam arti bahwa aturan yang berkaitan
dengan nilai atau norma yang turun dari atasan (guru/sekolah) tidak timbul dari
bawah akan mengakibatkan aturan tersebut kurang dihormati atau ditaati,
sehingga perumusannya perlu dibicarakan atau disetujui bersama oleh guru dan
siswa.
Kebiasaan yang terjadi dewasa ini
aturan-aturan sebagai "Standar tingkah laku" berasal dari atas, siswa
hanya menerima apa adanya dan tidak punya pilihan lain. Kondisi demikian akan
memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas karena siswa
tidak merasa membuat serta memiliki peraturan sekolah yang ada. Kelima langkah
tersebut digambarkan pada diagram sebagai berikut.
Dimensi Kuratif
a. Mengidentifikasi masalah; Pada
langkah pertama ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui
masalah-masalah yang timbul dalam kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru
harus dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui
siswa yang melakukan penyimpangan tersebut.
b. Menganalisa masalah; Pada langkah
kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa penyimpangan
tersebut dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada penyimpangan itu.
Setelah diketahui sumber penyimpangan guru kemudian melanjutkan usahanya untuk
menentukan alternatif-alternati penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan
tersebut.
c. Menilai
alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu alternatif
pemecahan Pada langkah ketiga ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih
alternatif berdasarkan sejumlah alternatif pemecahan masalah yang telah
disusun. Artinya alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi
penyimpangan tersebut.
d. Melaksanakan
alternatif yang telah ditetapkan Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka
langkah selanjutnya adalah melaksanakan alternatif tersebut.
e. Mendapatkan
balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimaksud.
Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk
mendapatkan data yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari
alternatif pemecahan yang dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang
direncanakan atau bahkan terjadi perkembangan baru yang lebih baik, semua ini
merupakan dasar untuk melakukan perbaikan program.Kegiatan kilas balik seperti
itu dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan peserta didik. Dengan
pertemuan tersebut perlu dijelaskan tujuan peetemuan dan manfaat pertemuan.
Manfaat pertemuan perlu dijelaaskan karena untuk memberikan kesadaran pada
peserta didik bahwa pertemuan yang dilakukan diusahakan dengan penuh ketulusan,
semata- mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah. Selain
itu perlu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tersebut.
Tunjukkan kepada peserta didik bahwa guru bukan orang yang sempurna atau tidak
bebas dari kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara peserta didik diperoleh
kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan saling
mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama. Informasi yang
diperoleh dari balikan ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk menilai
program, dan akhirnya merupakan dasar melakukan perbaikan program.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijabarkan
pada bab 2 dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Manajemen kelas
merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
pembelajaran yang efektif.
2. Dimensi-dimensi
manajemen sekolah
a. Dimensi
Pencegahan (preventif)
Dimensi
pencegahan ialah pemberian bantuan kepada individu/murid sebelum ia menghadapi
persoalan secara serius. Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang
positif terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah,
termasuk pengajaran yang menyenangkan.
b. Dimensi Kuratif
Merupakan
tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi
agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Pengertian lain dari dimensi ini
adalah usaha bantuan yang diberikan kepada murid selama atau setelah murid
mengalami persoalan serius. Tujuan bantuan ini adalah agar murid yang
bersangkutan terbebas dari kesulitan-kesulitan tersebut.
3. Aplikasi dimensi
manajemen kelas pada sekolah dasar
1) Dimensi Preventif
a. Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru
b. Peningkatan
kesadaran siswa
c. Sikap polos dan
tulus dari guru
d. Mengenal dan
menemukan alternative pengelolaan
e. Menciptakan
kontrak sosial
2) Dimensi Kuratif
a.
Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisa
masalah
c. Menilai
alternatif-alternatif pemecahan
d. Melaksanakan
alternatif yang telah ditetapkan
e. Mendapat
balikan
3.2 Saran
Untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam penerapan dimensi-dimensi manajemen kelas pada sekolah dasar maka tindakan yang
dilakukan guru perlu dilaksanakan secara sistematis berdasar atas
langkah-langkah yang sudah ditentukan. Apabila seorang guru melakukan kegiatan
manajemen kelas dengan atau melalui langkah-langkah tertentu, berarti guru
tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Rachman,
Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang: Depdikbud Ditjen Dikti.
Ahmad
Rohani dan Abu Ahmadi. (1995). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Suharsini
Arikunto. (1992). Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.
0 komentar:
Posting Komentar